MAHA KARYA HARDIKNAS 2009

MAHA KARYA HARDIKNAS 2009
pembagian hadiah LCT se Kota Metro

Sabtu, 29 Januari 2011

Proposal Hardiknas

PROPOSAL KEGIATAN
2-3 Mei 2009
Kegiatan Dasa Lomba Tingkat SD
se-Kota Metro dalam Rangka Peringatan Hardiknas

 Lomba Cepat Tepat (LCT) antar SD se-kota Metro
 Lomba Bercerita antar SD se-kota Metro
 Lomba Baca Puisi antar SD se-kota Metro
 Lomba Menulis Tegak Bersambung antar SD se-kota Metro
 Lomba Melukis antar SD se-kota Metro
 Lomba Senam (Ayo Bersatu) antar SD se-kota Metro
 Lomba MTQ antar SD se-kota Metro
 Lomba Kaligrafi antar SD se-kota Metro
 Lomba Adzan antar SD se-kota Metro
 Pertandingan Futsal antar SD se-kota Metro
 Dimeriahkan Lomba Nasi Tumpeng antar Mahasiswa PGSD UPP Metro dan Jalan Sehat Berhadiah untuk pelajar dan umum

HIMPUNAN MAHASISWA DIVISI PGSD UPP METRO JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2009

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Peringatan Hari Pendidikan Nasional mestinya menjadi momentum yang penting khususnya bagi para pelaku pendidikan di negara kita. Telah kita ketahui bahwa dunia pendidikan senantiasa berkembang seiring pesatnya kemajuan zaman hal itu tentu membawa perubahan dalam berbagai segi kehidupan yang juga menuntut aparat pelaku pendidikan dapat bersama-sama memahami hakikat pendidikan yang sebenarnya, yaitu memperoleh ilmu dan pengalaman belajar yang akan diimplementasikan dalam berbagai aktifitas kehidupannya kelak di kemudian hari.
Kegiatan pembelajaran bukan hanya semata-mata dilakukan dalam lingkungan sekolah, melainkan juga di luar lingkungan sekolah. Untuk itulah, selaku calon pendidik kami ingin melakukan salah satu upaya untuk memberi tambahan ilmu dan pengalaman belajar di luar lingkungan sekoah dengan mengadakan kegiatan lomba bagi siswa-siswa Sekolah Dasar, pada peringatan Hardiknas.

1.2 Tujuan Kegiatan
1. Menjalin silaturahmi antara warga PGSD UPP Metro dengan sekolah-sekolah dasar se-kota Metro.
2. Menggali potensi dan meningkatkan prestasi siswa SD se-Kota Metro.
3. Menyalurkan dan mengembangkan potensi siswa SD se-Kota Metro.
4. Menambah wawasan dan pengalaman belajar siswa SD se-Kota Metro.

1.3 Dasar Kegiatan
1. Pancasila dan UUD 1945.
2. SK Mendikbud No. 155 Tahun 1998 tentang organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi.
3. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4. Surat Keterangan Rektor No. 120/KPTS/R/1999 tentang pelaksanaan organisasi kemahasiswaan di Universitas Lampung.
5. MOU Rektor Univesitas Lampung dengan Wali Kota Metro tanggal 11 Februari 2007.
6. Tri Dharma Perguruan Tinggi.
7. Program Kerja Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pengetahuan Divisi PGSD UPP Metro.


II. PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Nama Kegiatan
Kegiatan ini kami namakan “Kegiatan Dasa Lomba Tingkat SD se-Kota Metro Dalam Rangka Hardiknas”.

2.2 Tema Kegiatan
Kegiatan ini bertemakan “Melalui Dasa Lomba Peringatan Hardiknas Kita Gali Potensi dan Tingkatkan Prestasi Siswa SD Se-Kota Metro”.
2.3 Bentuk Kegiatan
Adapun kegiatan yang akan dilaksanakan dalam perlombaan Hardiknas, yaitu:
1. Lomba Cepat Tepat (LCT)
2. Lomba Bercerita
3. Lomba Baca Puisi
4. Lomba Menulis Tegak Bersambung
5. Lomba Melukis
6. Lomba Futsal
7. Lomba Senam (Ayo Bersatu)
8. Lomba MTQ
9. Lomba Kaligrafi
10. Lomba Adzan
11. Dimeriahkan Lomba Nasi Tumpeng antar Mahasiswa PGSD UPP Metro dan Jalan Sehat Berhadiah untuk pelajar dan umum.
2.4 Waktu dan Tempat
Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Sabtu-Minggu tanggal 2 s/d 3 Mei 2009 di kampus PGSD UPP Metro Jln. Budi Utomo Margorejo Bd. 25 Metro Selatan Kota Metro.
2.5 Peserta
Peserta dalam kegiatan ini adalah siswa SD se-Kota Metro.
2.6 Susunan Kepanitiaan

Pelindung :
1. Rektor Universitas Lampung : Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S.
2. Dekan FKIP Universitas Lampung : Prof. Dr. Sudjarwo, M.S.

Penasehat :
1. Pembantu Dekan III FKIP Unila : Drs. Tontowi Amsia, M.Si.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan : Drs. Hi. Danial Achmad, M.Pd.

Pembimbing :
1. Ketua PGSD UPP Metro FKIP Unila : Drs. Sarengat, M.Pd.
2. Ka.Ur Kemahasiswaan PGSD UPP Metro : Supotro, A.Ma.Tp

Penanggung Jawab :
1. Ketua Umum HIMAJIP FKIP Unila : Idrus Afandi (0713051038)
2. Ketua HIMA PGSD UPP Metro FKIP Unila: Kisno (0613053037)

Organizing Committee:

Ketua Pelaksana : Heru Yuono (0713053032)
Wakil Ketua : Rina Heni Susanti (0703125240)
Sekretaris I : David Van A.B. (0613053016)
Sekretaris II : Revi Maryani (0713053047)
Bendahara : Meriyati (0703125128)


SEKSI-SEKSI
1. Seksi Acara
Koordinator : Teguh Prasetyo (0713053056)
Anggota : Devi Yulita Aryani (0713053016)
Sihol Marito B.R. Gultom (0713053052)
Eka Triana (0703125214)
Nova Amalia (0813053049)
Maya Santika (0713053040)
Anang Suprapto (0613053005)
Cahyadi Arino P. (0613053013)
Dona Irawan (0613053020)
Siddiq Dharmadi (0613053058)
Syahri Hasan Mulya (0613053061)
Arifin Ahmad (0613053008)
Yuni Mayuanti (0713053060)
Paiman (0613053048)
M. Saifulloh (0703125125)
Ahmad Erwan (0713053002)
Eva Afriyanti (0703125219)

2. Kesekretariatan
Koordinator : Yola Yuniantari (0703125147)
Anggota : Vinantika (0713053058)
Nia Fatmawati (0713053044)
Ririn Erianti (0813053055)
Lusi Rudiarti (0713053038)
Lia Komala Sari (0713053036)
Reni Astuti (0703125136)
Ismet (0613053034)
Siti Karomah (0713053053)
Nurhalimah (0703125132)

3. Seksi Perlengkapan
Koordinator : Ashari Pranowo (0713053008)
Anggota : Enopri Bayuni (0713053025)
Doddy Kurniawan (0713053022)
Ihsan (0703125222)
Sulimin (0703125247)
Benazir Indonant (0703125205)
Desi Natalia (0703125208)
Bangun Anjar Wanto (0713053011)
M. Zumarul Haq (0813053047)
Edo Dwi Cahyo (0813053007)
Aris Eka Rasandi (0713053006)

4. Seksi Konsumsi
Koordinator : Sumarti (0713053055)
Anggota : Aslina (0613053011)
Asih Tiyana (0813053002)
Alif Rosyidah (0813053015)
Dewi Oktasari (0613053017)
Nichken Safitri (0703125234)
Harista Dewiratri (0703125221)
Linda Oktaviani (0703125123)
Ulfa Hasanah (0613053063)
Nofi Dermawan (0703125131)
Apri Wahyudi (0703125103)
Citra Pithaloka (0813053020)

5. Seksi Humas
Koordinator : Danang Zulkurnia (0703125108)
Anggota : Into Gusman Prasetya (0613053033)
Agung Heri. P. (0613053003)
Miramto (0613053041)
Rudi Nugroho (0613053050)
Heru Setiawan (0713053031)
Eva Oktavianti (0703125220)

6. Seksi Keamanan dan Parkir
Koordinator : Jurus Setiawan (0713053034)
Anggota : Yana Amanto (0613053066)
Didik Supriyadi (0713053021)
Zahrial Yudha.P (0713053061)
Sumarningsih (0813053058)
Ni Luh Gede Wahyu S (0713053048)
Tetin Febriana (0713053061)
Ni Kadek Ekayani (0713053045)

7. Seksi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi
Koordinator : Janie Irma Suryani (0713053033)
Anggota : Fatan Adiatma (0613053028)
Reny Margaretha (0613053051)
Pratisthita P. Lestari (0813053051)
Heidy Pratiwi (0813053035)
Vinda Muryaningrum (0813053012)
Oktarina Aristiyawati (0613053047)
Arif Frediyanto (0713053005)

8. Seksi Kesehatan
Koordinator : Rhafli Kurniawan (0613053052)
Anggota : Eka Amna Dewi (0713053024)
Rika Beatris (0613053054)
Ria Susi Jumaida (0613053053)
Elda Oktaviani (0703125215)
Sulistia Ayuningtiyas (0613053060)
Danti Prameswari (0713053013)
Septi Eva Yuliana (0713053051)
Eva Kristiana (0713053024)
Ristiana (0713053049)
Maiko Sabri Martha (0813053040)
Dwi Sugito (0713053023)
Nerra Deniza (0613053043)

9. Seksi Dana dan Usaha (Danus)
Koordinator : Annisa Kurniati (0813053018)
Anggota : Isnaini Dewi Masruroh (0703125025)
Sofiatul Afrida (0703125246)
Imam Prabowo (0813053037)
Elda Restiana (0703125115)
Ni Wayan Ani Susanti (0613053046)
Mandasari Ad’ha (0813053041)
Dewi Ratnasari (0813053025)
Desi Susanti (0713053014)
Devi Nirwana Syanturi (0713053015)
Depit Ahtiar (0813053021)

10. Seksi Penerima Tamu
Koordinator : Melinda Gustriana (0613053039)
Anggota : Dewi Gunawati (0713053017)
Suci Sukmasari (0713053054)
Muhammad Erdiansyah (0713053041)
Aditiya Tri Darmawan (0613053002)
Anggun Febri Anita (0813053017)
Albert Karim (0703125202)
Sri Rahayu (0703125143)
Novita Dwi Astuti (0813053050)
Aryani Wulandari (0713053007)
Butet Marito. P (0713053010)
Uswatun Khasanah (0713053057)
Dwi Prasetia (0613053021)
Edmon Hadiansyah (0613053024)
Rizal Mustadri (0613053056)
Wahyu Setiawan (0613053064)

2.7 Jadwal Kegiatan
No. Waktu/Tanggal Acara Penanggung Jawab
1.
Sabtu, 2 Mei 2009
07.30-08.00 Pengambilan nomor peserta Si. Acara
08.00-09.30 Pembukaan
 Tilawah
 Hiburan
 Sambutan Ketua Pelaksana
 Sambutan Ketua Umum Hima
 Sambutan Ketua UPP Metro
 Sambutan Walikota Metro Si. Acara
Ahmad Subhan
Tim Tari
Heru Yuono
Kisno
Drs. Sarengat, M.Pd.
Drs. Hi. Lukman Hakim, S.H. M.M.

09.30-12.00
Pelaksanaan lomba
 Lomba Cepat Tepat (LCT)
 Lomba Bercerita
 Lomba Baca Puisi
 Lomba Menulis Tegak Bersambung
 Lomba Melukis
 Lomba Futsal
 Lomba Senam (Ayo Bersatu)
 Lomba MTQ
 Lomba Kaligrafi
 Lomba Adzan
 Lomba Tumpeng Mahasiswa
Koord. Lomba (Dona S.)
Koord. Lomba (Yuni My)
Koord. Lomba (Devi YA)
Koord. Lomba (Syahri H)
Koord. Lomba (Eka Trn.)
Koord. Lomba (Cahyadi)
Koord. Lomba (Eva Afry)
Koord. Lomba (A. Erwan)
Koord. Lomba (M Saifulloh)
Koord. Lomba (Paiman)
Koord. Lomba (Maya S.)
12.00-12.30 Ishoma.
12.30-15.00 Lanjutan Pelaksanaan Lomba Koord.-Koord. Lomba
15.00-Selesai

Penutupan
 Sambutan Ketua Pelaksana
 Pengumuman pemenang
 Doa
 Penutup
Heru Yuono
Si. Acara
Si. Acara

2. Minggu, 3 Mei 2009


06.00-06.30 Penertiban Peserta. Si.Acara
06.30-09.30 Pelaksanaan Jalan Sehat Seluruh panitia & peserta
09.30-10.00
Istirahat
10.00-12.00 Undian, Pengambilan Doorprize,dan Pembagian Hadiah Lomba-lomba Si. Acara

III. ESTIMASI ANGGARAN DANA

A. Alokasi Penggunaan Dana

1. Administrasi dan Kesekretariatan
 Pembuatan Proposal & LPJ : Rp 700.000,-
 Perbanyak dan Penjilidan Proposal & LPJ : Rp 750.000,-
 Kwitansi : Rp 50.000,-
 Alat Tulis : Rp 125.000,-
 Kupon Jalan Sehat 1650 x @ Rp 40,- : Rp 66.000,-
 Surat Menyurat dan Amplop : Rp 800.000,- +
Jumlah : Rp 2.491.000,-

2. Perlengkapan
 Sound & Diesel : Rp 1.300.000,-
 TOA & Baterai 3 x @ Rp 100.000 : Rp 300.000,-
 Name Tag (ID Card) 120 x @ Rp 2.000,- : Rp 240.000,-
 Tanda Peserta 38 x 40 x @ Rp 1.500,- : Rp 2.280.000,-
 Piagam 38 x 3 x @ Rp 5.000,- : Rp 570.000,-
 Piala Bergilir : Rp 600.000,-
 Piala Lomba Cepat Tepat (LCT) 1 set (3) : Rp 300.000,-
 Piala Lomba Bercerita 1 set (3) : Rp 300.000,-
 Piala Lomba Baca Puisi 1 set (3) : Rp 300.000,-
 Piala Lomba Menulis Tegak Bersambung 1 set (3) : Rp 300.000,-
 Piala Lomba Melukis 1 set (3) : Rp 300.000,-
 Piala Lomba Futsal 1 set (3) : Rp 300.000,-
 Piala Lomba Senam (Ayo Bersatu) 1 set (3) : Rp 300.000,-
 Piala Lomba MTQ 1 set (3) : Rp 300.000,-
 Piala Lomba Kaligrafi 1 set (3) : Rp 300.000,-
 Piala Lomba Adzan 1 set (3) : Rp 300.000,- +
Jumlah : Rp 8.290.000,-

3. Acara
 Team Hiburan : Rp 2.000.000,-
 Juri 30 x @ Rp 100.000,- : Rp 3.000.000,-
 Door Prize Jalan Sehat
1. Sepeda Motor : Rp 12.000.000,-
2. Sepeda Gunung : Rp 1.500.000,-
3. Hand Phone : Rp 800.000,- +
Jumlah : Rp 19.300.000,-

4. Konsumsi
 Snack Dosen & Undangan 100 x Rp 5.000,- : Rp 500.000,-
 Snack Guru Pendamping 240 x @ Rp 4.000,- : Rp 960.000,-
 Snack Peserta 1640 x @ Rp 3.000,- : Rp 4.920.000,-
 Snack Panitia 120 x @ Rp 3.000,- : Rp 360.000,-
 Makan Dosen & Undangan 100 x @ Rp 10.000,- : Rp 1.000.000,-
 Makan Juri 30 x Rp 10.000,- : Rp 300.000,-
 Makan Panitia 120 x Rp 8.000,- : Rp 960.000,-
 Air Mineral 100 dus x @ Rp 13.500,- : Rp 1.350.000,-
 Air Mineral Botol 3 dus x @ Rp 25.000,- : Rp 75.000,- +
Jumlah : Rp 10.425.000,-

5. Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi
 Dekorasi Gedung : Rp 1.500.000,-
 Dokumentasi : Rp 750.000,-
 Kenang-kenangan untuk SD 40 x @ Rp 30.000,- : Rp 1.200.000,-
 Publikasi : Rp 600.000,- +
Jumlah : Rp. 4.050.000,-

6. Keamanan dan Ketertiban
 Keamanan dan Ketertiban Jalan Sehat : Rp 600.000,-
 Keamanan dan Ketertiban Lomba : Rp 300.000,- +
Jumlah : Rp 900.000,-


7. Kesehatan
 P3K : Rp 495.000,-

8. Humas dan Transportasi : Rp 600.000,-

Rekapitulasi Alokasi Penggunaan Dana
1. Administrasi dan Kesekretariatan : Rp 2.491.000,-
2. Perlengkapan : Rp 8.290.000,-
3. Acara : Rp 19.300.000,-
4. Konsumsi : Rp 10.425.000,-
5. Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi : Rp 4.050.000,-
6. Keamanan dan Ketertiban : Rp 900.000,-
7. Kesehatan : Rp 495.000,-
8. Humas dan Transportasi : Rp 600.000,- +
Total Pengeluaran : Rp 46.551.000,-

B. Pemasukan

1. Kas HMJ PGSD UPP Metro : Rp 1.000.000,-
2. Dana Kemahasiswaan : Rp 4.950.000,-
3. Pendaftaran 40 x @ Rp 300.000,- : Rp 12.000.000,- +
Jumlah : Rp 17.950.000,-

SUMBER PEMASUKAN:
Kas HMJ PSD UPP Metro Rp 1.000.000,-
Dana Kemahasiswaan Rp 4.950.000,-
Registrasi SD 40 x @ Rp. 280.000,- Rp 12.000.000,-
Pemerintah Provinsi Lampung
Pemerintah Kota Metro
Polres Metro
Dinas Pendidikan Provinsi Lampung
Dinas Pendidikan Kota Metro
PT. Gunung Madu Plantation
PT. Kalbefarma
PT. Kimia Farma
Konveksi dan Percetakan Mubarok
Percetakan Mitra
BANK BTN
BANK Muamalat Cab. Metro
BANK EKA Cab. Metro
BANK BRI Cab. Metro
BANK BNI Cab. Metro
BANK BCA Cab. Metro
Math Magic School
Bimbel Al-Qolam
Bimbel Nurul Fikri
Anugrah Medical Center (AMC)
Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Metro
Bimbel Primagama
Dan Perusahaan-perusahaan lain di Kota Metro

C. Neraca Anggaran Dana
A. Pemasukan : Rp 17.950.000,-
B. Alokasi Penggunaan Dana : Rp 46.551.000,- - Total - Rp 28.601.000,-

IV. PENUTUP

4.1 Uraian Penutup
Demikian proposal ini kami buat sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan yang akan dilasanakan. Untuk semua pihak yang memberikan dukungan, bantuan dan partisipasi, kami mengucapkan terima kasih. Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua, sehingga acara ini dapat berjalan lancar sesuai yang diharapkan tanpa ada yang merintangi, amin.


4.2 Lembar Pengesahan
1. Judul Kegiatan : Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Melalui Dasa Lomba Tingkat SD se-Kota Metro.
2. Ketua Pelaksana
a. Nama : Heru Yuono
b. NPM : 0713053032
c. Lembaga : Himajip
d. Fakultas : KIP
3. Biaya Kegiatan
a. Dana Kemahasiswaan Rp 4.950.000,-
b. Kas Hima Divisi PGSD UPP Metro Rp 1.000.000,-
c. Total Kontribusi peserta Rp 12.000.000,-
d. Sponsorship Rp 28.601.000,-
Total Rp 46.551.000,-
4. Jangka Waktu Pelaksanaan : 2 hari
5. Waktu Pelaksanaan : Sabtu-Minggu, 2-3 Mei 2009


KRITERIA SPONSOR

Bentuk partisipasi yang kami tawarkan adalah sebagai sponsor tunggal, sponsor khusus, sponsor biasa, dan donatur. Penjelasan masing-masing kriteria adalah sebagai berikut:

A. Sponsor Tunggal
Jika perusahaan atau instansi Bapak/Ibu bersedia menyertai kami sebagai sponsor tunggal dan memenuhi anggaran biaya penyelenggaraan selain dari dana kemahasiswaan dan kontribusi peserta. Dana disediakan dalam bentuk uang tunai dan dikukuhkan dalam bentuk penyajian tertulis, yang tidak dapat lagi diubah tanpa persetujuan kedua belah pihak.
Adapun bentuk kontraprestasi yang kami berikan adalah:
1. Nama logo perusahaan /Instansi akan dipromosikan pada seluruh kegiatan publikasi acara, yaitu:
a) ID-Card panitia dan peserta
b) Seluruh spanduk rentang yang dipasang di sekitar Lingkungan PGSD UPP Metro.
c) Sertifikat panitia dan peserta
d) Pamflet
2. Perusahaan /instansi yang menjadi sponsor tunggal akan ditempatkan sebagai satu-satunya background pada dekorasi acara ceremonial.
3. Perusahaan/instansi yang menjadi sponsor tunggal memonopoli semua jenis publikasi dan tidak akan ada masukan publikasi sponsor lain.

B. Sponsor Khusus
Sponsor khusus adalah sponsor yang memenuhi 50% dari biaya penyelenggaraan, dan perusahaan /instansi Bapak/Ibu berhak atas ruang promosi (berasal dari perusahaan /instansi saudara) sebagai berikut :
1. ID Card Panitia dan Peserta
2. Nama dan logo perusahaan / instansi Bapak/ Ibu akan dipromosikan pada perangkat yang disediakan pihak sponsor
3. Perusahaan/instansi tidak memonopoli semua jenis kegiatan publikasi dan ada masukan dari sponsor lain.

C. Sponsor Biasa
Sponsor biasa adalah pihak yang menyediakan perangkat-perangkat publikasi dan atau perangkat lainnya yang dibutuhkan untuk kelangsungan acara ini. Adapun bentuk kontraprestasi yang diberikan adaah:
1. Nama dan logo perusahaan / instansi akan dipromosikan pada perangkat yang disediakan oleh pihak sponsor
2. Perusahaan /instansi tidak memonopoli segala jenis publikasi.

D. Donatur
Donatur adalah simpatisan yang memberikan dana secara sukarela tanpa menghendaki sarana-sarana promosi yang disediakan panitia pelaksana kegiatan. Apabila ada hal-hal yang menyangkut kerjasama lanjutan, maka dapat dibicarakan secara langsung.

Jumat, 28 Januari 2011

Riwayat Hidup

Seorang bayi laki-laki ganteng dan imut dilahirkan di nandar lampung pada 07 mei1987 dan diberi nama Dona Irawan. lulus sekolah lanjutan atas di SMK 2 Terbanggi Besar pada tahun 2055. saat ini sedang menyelesaikan studi di PGSD Unila

Kamis, 27 Januari 2011

JANGAN HANYA MELIHAT PD AWALNYA. LIHAT HASILNYA

RPP IPA2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Sekolah : SDN 4 Metro Timur
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Kelas/Semester : V/1
Standar Kompetensi : 2. Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan.
Kompetensi Dasar : 2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan.
Indikator : 1. Menjelaskan proses tumbuhan hijau membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari dan cahaya lain.
2. Menunjukkan tempat tumbuhan menyimpan cadangan makanan.
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran (2 kali pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan proses tumbuhan hijau membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari dan cahaya lain.
2. siswa dapat menunjukkan tempat tumbuhan menyimpan cadangan makanan.
B. Materi Ajar
1. Tumbuhan hijau
2. Bagian-bagian tumbuhan yang menyimpan makanan
C. Metode Pembelajaran
1. Demonstrasi
2. Eksperimen
3. Diskusi kelompok
4. Tanya jawab
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pertemuan Pertama
a. Pendahuluan (10 menit).
1). Pengkondisisn siswa (absensi dan merapikan tempat duduk)
2). Motivasi menanyakan pada siswa apakah ciri-ciri makhluk hidup kemudian ajukan pertanyaan bagaimana tumbuhan tumbuhan mencari makanan?
b. Kegiatan Inti (50 menit).
1). Guru mempresentasikan pengetahuan deklaratif tentang fotosintesis dan tempat penyimpanan makanan cadangan.
2). Guru berdiskusi bersama siswa untuk mempelajari cara tumbuhan hijau membuat makanan.
3). Siswa menjelaskan tahap-tahap tumbuhan hijau dalam membuat makanan.
4). Guru meminta siswa mencari informasi melalui pengamatan tentang nama-nama tumbuhan serta bagian tumbuhan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan melalui LKS.
5). Guru memeriksa kegiatan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar. Jika masih ada siswa yang belum dapat melakukan kegiatan dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
6). Siswa mengerjakan soal latihan, kemudian membahas soal tersebut bersama-sama.
c. Penutup (10 menit).
1). Guru membimbing siswa membuat rangkuman pembelajaran. Rangkuman pembelajaran berisi cara tumbuhan hijau membuat makanan.
2). Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang telah diajarkan.
3). Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan dibahas tentang ketergantungan manusia dan hewan terhadap tumbuhan hijau.
E. Alat dan Sumber
Haryanto (2004), Buku Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga (hal 39-44)
F. Penilaian
1. Bentuk penilaian
Bentuk tes tertulis
2. Instrumen penilaian


Soal latihan
1. Faktor apa saja yang dibutuhkan agar proses fotosintesis dapat berlangsung?
2. Energi Cahaya apakah yang dapat digunakan untuk fotosintesis tumbuhan hijau yang berada di ruangan tertutup?
3. Apa yang dihasilkan dari fotosintesis?
4. Pada umumnya klorofil banyak terdapat ditumbuhan bagian mana?
5. Sebutkan 3 tumbuhan hijau dan dimana letak tempat persediaan makanan?
Kunci jawaban dan Pensekoran
No jawaban Skor maksimal
1  air
 karbon dioksida
 cahaya matahari/ cahaya lampu neon 3
2 cahaya lampu neon 2
3  Karbohidrat
 oksigen 4
4 Bagian daun 2
5 Singkong di akar
Kentang di akar
Kacang di biji, dll. 3




Mengetahui,
Guru Ilmu Pengetahuan Alam



Hj. Siti Zubaidah
NIP 19520222 197403 2 004 Metro, 03 September 2010
Praktikan



Dona Irawan
NPM 0613053020

Mengesahkan,
Kepala Sekolah SDN 4 Metro Timur




Dra. Hj. Maria Fitri Jayasinga. M.Pd.
19630301 198303 2 006
Lembar Kerja Siswa (LKS)

Tujuan
Kamu dapat mengidentiļ¬kasi tempat cadangan makanan pada tumbuhan
Langkah Kerja
Lengkapilah tabel berikut menggunakan tanda (√ ) pada tempat
penyimpanan makanan yang ada dibawah ini.

Tabel Tempat Cadangan Makanan pada Tumbuhan
No Nama Tumbuhan Tempat Menyimpan Cadangan Makanan
Akar Batang Daun Buah
1. Singkong √
2. Kangkun
3. Wortel
4. Mangga
5. Tebu
6. Bawang merah
7.
dst.




________________________________________________________________________________





Lembar Kerja Siswa (LKS)

Tujuan
Kamu dapat mengidentiļ¬kasi tempat cadangan makanan pada tumbuhan
Langkah Kerja
Lengkapilah tabel berikut menggunakan tanda (√ ) pada tempat penyimpanan makanan yang ada dibawah ini.

Tabel Tempat Cadangan Makanan pada Tumbuhan
No Nama Tumbuhan Tempat Menyimpan Cadangan Makanan
Akar Batang Daun Buah
1. Singkong √
2. Kangkun
3. Wortel
4. Mangga
5. Tebu
6. Bawang merah
7.
dst.

TEMATIK2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Sekolah : SDN 4 Metro Timur
Kelas/Semester : III/1
Alokasi Waktu : 5 jam pelajaran
Tema : Lingkungan
Mata Pelajaran :
Ilmu Pengetahuan Sosial
Standar Kompetensi :
Memahami lingkungan dan melaksanakan kerja sama di sekitar rumah dan sekolah
Kompetensi Dasar :
1.1 Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah.
Indikator :
1.1.1 Membaca denah dan peta sekolah dan rumah
2.1.1 Membuat denah dan peta sekolah dan rumah
Matematika
Standar Kompetensi
1. Melakukan pengerjaan hitung bilangan sampai tiga angka.
Kompetensi Dasar
1.5 Memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang.
Indikator
1.5.3 Menaksir jumlah harga dari sekelompok barang yang biasa dijual atau dibeli
sehari-hari.

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat membaca denah dan peta sekolah dan rumah.
2. Siswa dapat membuat denah dan peta sekolah dan rumah.
3. Siswa dapat menaksir jumlah harga dari sekelompok barang yang bisa dijual atau dibeli sehari-hari
B. Materi Ajar
1. Lingkunganku.
2. Pengerjaan hitung bilangan
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, penugasan, diskusi dan ceramah.
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pertemuan Pertama
a. Pendahuluan (10 menit)
1). Pengkondisisn siswa ( berdoa, absensi, merapikan tempat duduk)
2). Apersepsi: guru menanyakan kepada siswa apakah kalian ingat lewat manakah kalian saat berangkat sekolah dari rumah? Dapatkah kalian menggambar rute perjalanan kalian? Apa nama gambar rute perjalanan tersebut?
b. Kegiatan Inti (150 menit)
1). Salah satu siswa secara bergantian membacakan teks dengan suara nyaring di depan kelas.
2). Guru bersama siswa berdiskusi tentang arah mata angin.
3). Siswa menuliskan dan menggambar nama-nama arah mata angin tersebut.
4). Siswa menghafalkan nama arah mata angin dengan cara di nyanyikan.
5). Guru menempelkan gambar denah di depan kelas,
6). Guru dan siswa mendiskusikan gambar denah tersebut.
7). Guru menugaskan siswa menggambar secara garis besar denah lokasi SD 4 Metro Timur berdasarkan arah mata angin.
8). Siswa dan guru bersama-sama membahas cara menaksir harga barang.
9). Siswa diajarkan cara menghitung harga barang melalui soal cerita.
10). Siswa mengerjakan soal latiahan yang diberikan oleh guru.
c. Penutup (10 menit)
1). Dengan bimbingan guru, siswa diminta membuat rangkuman.
2). Siswa dan guru melakukan refleksi.
3). Guru memberi tugas rumah.
E. Alat dan Sumber
Sriwilujeng, Dyah. Dkk. (2007). Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Tematik untuk SD Kelas III. Erlangga: Jakarta.
F. Penilaian
1. Bentuk penilaian
Bentuk tes tertulis
2. Instrumen penilaian

Soal Latihan
1. Sebutkan 4 arah mata angin yang kalian ketahui?
2. Apabila depan kalian menghadap utara maka disebelah kiri kalian menghadap ke arah mana?
3. Apakah fungsi dari gambar denah?
4. Joko membeli lima buah permen dengan harga satu buah permen Rp 150,00. apabila Joko membawa uang Rp 1.000,00 maka berapakah kembalian uang Joko?
5. Badu mempunyai 7 butir telur ayam, ia menjual seluruhnya dengan harga Rp 550,00 per butir. Jika hasil penjualannya di berikan ke adik sebesar Rp 1.000,00 berapa sisa uang hasil penjualan telur Badu?
Kunci Jawaban dan Pensekoran
No Jawaban Skor maksimal
1. Timur, selatan, barat, utara. 4
2. Barat 2
3. Untuk mempermudah mencari lokasi suatu tempat 2
4. Kembalian = jumlah uang – harga permen
Kembalian = 1.000 – (150 x 5)
Kembalian = 1.000 – 750
Kembalian = Rp 250,00 6
5. Sisa uang = hasil penjualan – pengeluaran untuk adik
Sisa uang = 7 x 550 – 1.000
Sisa uang = 3.850 – 1.000
Sisa uang = Rp 2.850,00
6



Mengetahui,
Guru Ilmu Pengetahuan Sosial



Roslina, A.Ma.Pd.
NIP 19521224 197411 2 001 Metro, 29 September 2010
Praktikan



Dona Irawan
NPM 0613053020

Mengesahkan,
Kepala Sekolah SDN 4 Metro Timur




Dra. Hj. Maria Fitri Jayasinga. M.Pd.
19630301 198303 2 006

RPP IPS

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Sekolah : SDN 4 Metro Timur
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester : V/1
Standar Kompetensi : 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Buddha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia.
Kompetensi Dasar : 1.3. Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya.
Indikator : 1.3.1 Menjelaskan keragaman kenampakan alam di Indonesia.
1.3.2 Menggambar peta Indonesia dengan menggunakan simbol.
1.3.3 Mengidentifikasi ciri-ciri kenampakan alam wilayah Indonesia.
Alokasi Waktu: 6 jam pelajaran (2 kali pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan keragaman kenampakan alam di Indonesia.
2. Siswa dapat menggambar peta Indonesia dengan menggunakan simbol.
3. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri kenampakan alam wilayah Indonesia.
B. Materi Ajar
1. Peta Indonesia.
2. Kenampakan alam Indonesia.
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, penugasan, diskusi dan ceramah.

D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pertemuan Pertama
a. Pendahuluan (10 menit)
1). Pengkondisisn siswa ( berdoa, absensi, merapikan tempat duduk)
2). Apersepsi:Menyanyikan lagu dari sabang sampai maroke.
3). Motivasi: Apabila materi ini dapat dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam memahami kenampakan alam di indonesia.

b. Kegiatan Inti (100 menit)
1). Dengan tanya jawab, siswa diminta menyebutkan dan menuliskan pulau-pulau besar di Indonesia.
2). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenai kenampakan alam Indonesia.
3). Siswa menggambar peta Indonesia menggunakan simbol.
4). Siswa dan guru membahas materi mengenai ciri-ciri kenampakan alam wilayah Indonesia.
5). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenai keragaman kenampakan buatan di Indonesia
6). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenaikeuntungan dan kerugian pembangunan kenampakan buatan.
c. Penutup (10 menit)
1). Dengan bimbingan guru, siswa diminta membuat rangkuman.
2). Siswa dan guru melakukan refleksi.
3). Guru memberi tugas rumah.
E. Alat dan Sumber
Thayeb. Sunarto, dkk (2006). IPS Terpadu untuk Sekolah Dasar Kelas V. Erlangga: Jakarta.
F. Penilaian
1. Bentuk penilaian
Bentuk tes tertulis
2. Instrumen penilaian
Soal Latihan
1. Secara geografis, wilayah Indonesia terletak antara dua samudra, yaitu
2. Gunung tertinggi di Pulau Sumatra adalah . . . tingginya . . . .
3. Danau terbesar di Indonesia terletak di Provinsi . . . .
4. Laut sempit yang terletak antara 2 pulau disebut . . . .
5. Hutan bakau biasanya tumbuh di daerah . . . .
6. Permukaan bumi dengan ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut, disebut . . . .
7. Sebutkan minimal 3 manfaat sungai di Indonesia . . . .
8. Sebutkan tiga manfaat waduk atau bendungan . . . .
Kunci Jawaban dan Pensekoran
No Jawaban Skor maksimal
1. Samudra hindia di sebelah barat dan samudra pasifik di sebelah selatan 4
2. Gunung kerinci tingginya mencapai 3805 meter di sumatra barat 2
3. Sumatra Utara 2
4. Selat 2
5. pantai 2
6. Dataran rendah 2
7. sarana transportasi, perikanan, pengairan, sumber tenaga listrik, olahraga, dan rekreasi. 6
8. untuk mengairi tanah pertanian (irigasi), memutar turbin pembangkit listrik,
mengendalikan banjir, persediaan air, dan sebagai sarana rekreasi 6



Mengetahui,
Guru Ilmu Pengetahuan Sosial



Ropi’ah, S.Pd.
NIP 19621016 198203 2 006 Metro, 21 September 2010
Praktikan



Dona Irawan
NPM 0613053020

Mengesahkan,
Kepala Sekolah SDN 4 Metro Timur




Dra. Hj. Maria Fitri Jayasinga. M.Pd.
19630301 198303 2 006


Soal Latihan
1. Secara geografis, wilayah Indonesia terletak antara dua samudra, yaitu ..................................................................... ..............................................................................................
2. Gunung tertinggi di Pulau Sumatra adalah ......................... ........................ tingginya...........................................
3. Danau terbesar di Indonesia terletak di Provinsi................ .............................................................................................
4. Laut sempit yang terletak antara 2 pulau disebut ............... .............................................................................................
5. Hutan bakau biasanya tumbuh di daerah............................. .............................................................................................
6. Permukaan bumi dengan ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut, disebut ..................................................... ............................................................................................
7. Sebutkan minimal 3 manfaat sungai di Indonesia ............. ............................................................................................ ............................................................................................
8. Sebutkan tiga manfaat waduk atau bendungan................ ............................................................................................ ............................................................................................

Soal Latihan
1. Secara geografis, wilayah Indonesia terletak antara dua samudra, yaitu ..................................................................... ..............................................................................................
2. Gunung tertinggi di Pulau Sumatra adalah ......................... ........................ tingginya...........................................
3. Danau terbesar di Indonesia terletak di Provinsi................ .............................................................................................
4. Laut sempit yang terletak antara 2 pulau disebut ............... .............................................................................................
5. Hutan bakau biasanya tumbuh di daerah............................. .............................................................................................
6. Permukaan bumi dengan ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut, disebut ..................................................... ............................................................................................
7. Sebutkan minimal 3 manfaat sungai di Indonesia ............. ............................................................................................ ............................................................................................
8. Sebutkan tiga manfaat waduk atau bendungan................ ............................................................................................ ............................................................................................

TEMATIK

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Sekolah : SDN 4 Metro Timur
Kelas/Semester : III/1
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran
Tema : Lingkungan
Mata Pelajaran :
Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi :
Mendengarkan
1. Memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita anak yang dilisankan.
Berbicara
2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan petunjuk dengan bercerita dan memberikan tanggapan/saran.
Membaca
3. Memahami teks dengan membaca nyaring, membaca intensif, dan membaca dongeng.
Menulis
4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk paragraf dan puisi.
Kompetensi Dasar :
1.1 Melakukan sesuatu berdasarkan penjelasan yang disampaikan secara lisan.
2.1 Mengungkapkan pikiran perasaan, pengalaman, dan petunjuk dengan bercerita dan memberikan tanggapan/saran
3.1 Membaca nyaring teks (20–25 kalimat) dengan lafal dan intonasi yang tepat.
4.1 Meyusun paragraph berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
Indikator :
1.1.1 Menjelaskan kata-kata sulit.
2.1.1 Menanggapi masalah dan memberi saran.
3.1.1 Membaca nyaing dengan lafal dan itonasi yang tepat.
4.1.1 Menyusun paragraf.
Matematika
Standar Kompetensi
1. Melakukan pengerjaan hitung bilangan sampai tiga angka.
Kompetensi Dasar
1.5 Memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang.
Indikator
1.5.1 Mengenal berbagai mata uang sampai dengan 20.000 rupiah.
1.5.2 Menentukan kesetaraan nilai mata uang dengan berbagai satuan uang lainnya.

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan kata-kata sulit.
2. Siswa dapat menaggapi masalah dan memberi saran.
3. Siswa dapat membaca nyaing dengan lafal dan itonasi yang tepat.
4. Siswa dapat menyusun paragraf.
5. Siswa dapat mengenal berbagai mata uang sampai dengan 20.000 rupiah.
6. Siswa dapat menentukan kesetaraan nilai mata uang dengan berbagai satuan uang lainnya
B. Materi Ajar
1. Lingkunganku.
2. pengerjaan hitung bilangan
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, penugasan, diskusi dan ceramah.
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pertemuan Pertama
a. Pendahuluan (10 menit)
1). Pengkondisisn siswa ( berdoa, absensi, merapikan tempat duduk)
2). Apersepsi: guru menanyakan apakah perasaanmu apabila melihat halaman rumahmu kotor ? karena kotor sebaiknya apa yang harus kita lakukan? Menyapu merupakan cara untuk menjaga lingkungan kita agar tetap bersih.
b. Kegiatan Inti (150 menit)
1). Salah satu siswa secara bergantian membacakan teks dengan suara nyaring di depan kelas.
2). Siswa yang lain menanggapai isi teks yang di bacakan tersebut.
3). Siswa menuliskan kata-kata sulit yang terdapat dalam teks.
4). Guru menempelkan gambar di depan kelas,
5). Siswa diperintahkan untuk menuliskan keadaan yang terdapat pada gambar.
6). Siswa mengemukakan pendapat tentang keadaan pada gambar kemudian memberikan sarannya.
7). Siswa mengerjakan soal latiahan yang diberikan oleh guru.
8). Dengan tanya jawab, siswa diminta menyebutkan pecahan uang yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
9). Siswa dan guru bersama-sama membahas berbagai nilai mata uang logam.
10). Siswa dan guru bersama-sama membahas berbagai nilai mata uang kertas.
11). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenai cara menuliskan nilai mata uang rupiah.¬
12). Siswa dan guru bersama-sama membahas cara menentukan kesetaraan nilai mata uang dengan berbagai satuan mata uang lainnya
c. Penutup (10 menit)
1). Dengan bimbingan guru, siswa diminta membuat rangkuman.
2). Siswa dan guru melakukan refleksi.
3). Guru memberi tugas rumah.
E. Alat dan Sumber
Sriwilujeng, Dyah. Dkk. (2007). Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Tematik untuk SD Kelas III. Erlangga: Jakarta.
F. Penilaian
1. Bentuk penilaian
Bentuk tes tertulis
2. Instrumen penilaian

Soal Latihan
1. Kapan anak kelas III SD Cempaka Putih melakukan kerja bakti?
2. Apa saja alat kerja bakti yang dibawa anak-anak kelas III?
3. Apa yang dibersihkan anak-anak kelas III dalam kerja bakti?
4. Satu kelompok kerja bakti beranggotakan berapa anak?
5. Mengapa Amat, Doni, Anita, Ratna, dan Rita dipilih menjadi ketua kelompok?
6.


Berapakah nilai uang diatas?
7.



Berapakah nilai uang diatas?
8. 2 lembar lima ribuan = 6 lembar seribuan dan ... keping lima ratusan
9. 4 lembar sepuluh ribuan = 2 lembar ....
10. 3 lembar lima ribuan = 1 lembar sepuluh ribuan dan ...lembar seribuan
Kunci Jawaban dan Pensekoran
No Jawaban Skor maksimal
1. Pagi hari sabtu 2
2. Sabit, sapu liti, sekop dan tempat sampah 2
3. Halaman sekolah 2
4. Enam anak 2
5. Mereka anak yang suka bekerja dan bertanggung jawab 2
6. Rp 6.500,00 2
7. Rp 16.000,00 2
8. 6 lembar seribuan dan 8 keping lima ratusan 2
9. 2 lembar duapuluh ribuan 2
10. 1 lembar sepuluh ribuan dan 5 lembar seribuan 2



Mengetahui,
Guru Bahasa Indonesia



Roslina, A.Ma.Pd.
NIP 19521224 197411 2 001 Metro, 27 September 2010
Praktikan



Dona Irawan
NPM 0613053020

Mengesahkan,
Kepala Sekolah SDN 4 Metro Timur




Dra. Hj. Maria Fitri Jayasinga. M.Pd.
19630301 198303 2 006


Kerja Bakti di Sekolah

Hari masih pagi. Matahari belum begitu tinggi. Hari itu hari Sabtu. Anak-anak kelas III SD Cempaka Putih tiba-tiba berhamburan keluar dari kelas. Mereka berlarilari sambil bercanda dengan teman-temannya. Anak-anak itu berlari menuju halaman sekolah. Mereka membawa alat-alat untuk kerja bakti, seperti sabit, sapu lidi, sekop, dan tempat sampah. Mereka akan bekerja bakti membersihkan halaman sekolah. Kerja bakti itu dipimpin oleh Bu Aminah.
Sebelum kerja bakti dimulai, dibuat kelompok kerja lebih dahulu. Hal ini untuk memudahkan anak-anak bekerja dan tidak saling berebut. Kelompok kerja itu terdiri atas lima kelompok. Setiap kelompok beranggotakan enam anak. Kelompok satu dipimpin oleh Amat. Kelompok dua dipimpin Anita. Kelompok tiga dipimpin Doni. Kelompok empat dipimpin Ratna. Kelompok lima dipimpin Rita. Mereka adalah anak-anak yang suka bekerja dan bertanggung jawab sehingga ditunjuk menjadi ketua kelompok. Dengan dipimpin oleh ketua kelompok masing-masing, mereka bekerja dengan giat. Acara kerja bakti itu pun cepat selesai. Halaman sekolah menjadi bersih.
(R. Nirbaya, 2006)

Jawablah dengan benar di buku tugasmu!
1. Kapan anak kelas III SD Cempaka Putih melakukan kerja bakti?
2. Apa saja alat kerja bakti yang dibawa anak-anak kelas III?
3. Apa yang dibersihkan anak-anak kelas III dalam kerja bakti?
4. Satu kelompok kerja bakti beranggotakan berapa anak?
5. Mengapa Amat, Doni, Anita, Ratna, dan Rita dipilih menjadi ketua kelompok?
6.



Berapakah nilai uang diatas?
7.



Berapakah nilai uang diatas?
8. 2 lembar lima ribuan = 6 lembar seribuan dan ... keping lima ratusan
9. 4 lembar sepuluh ribuan = 2 lembar ....
10. 3 lembar lima ribuan = 1 lembar sepuluh ribuan dan ...lembar seribuan

RPP MATEMATIKA2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Sekolah : SDN 4 Metro Timur
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/1
Standar Kompetensi : 1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat pengerjaan hitung bilangan dalam menyelesaikan masalah.
Kompetensi Dasar : 1.6 Memecahkan masalah yang melibatkan uang
Indikator : 1.6.1 Menuliskan nilai mata uang rupiah.
1.6.2 Menaksir jumlah harga sekelompok barang yang dijual sehari-hari.
Alokasi Waktu: 2 jam pelajaran (1 kali pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menuliskan nilai mata uang rupiah.
2. Siswa dapat menaksir jumlah harga sekelompok barang yang dijual sehari-hari.
B. Materi Ajar
1. Uang
C. Metode Pembelajaran
Diskusi, demonstrasi, tanya jawab, ceramah dan penugasan.
D. Langkah-Langkah Kegiatan

a. Kegiatan awal (10 menit)
1). Pengkondisian siswa (berdoa, absensi, merapikan tempat duduk)
2). Apersepsi:menanyakan kepada siswa apakah kalian pernah membeli jajan? Pertanyaan lanjutan, apa yang kalian berikan kepada pedagang untuk memperoleh jajan tersebut?
3). Motivasi: Apabila materi ini dapat dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (60 menit)
1). Dengan tanya jawab, siswa diminta menyebutkan pecahan uang yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
2). Siswa dan guru bersama-sama membahas berbagai nilai mata uang logam.
3). Siswa dan guru bersama-sama membahas berbagai nilai mata uang kertas.
4). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenai cara menuliskan nilai mata uang rupiah.¬
5). Siswa dan guru bersama-sama membahas cara menentukan kesetaraan nilai mata uang dengan berbagai satuan mata uang lainnya.
6). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenai cara menaksir jumlah harga sekelompok barang yang dijual sehari-hari.
7). Siswa mengerjakan tugas latihan soal-soal tentang pemecahan masalah yang melibatkan uang.
c. Kegiatan akhir (10 menit)
1). Dengan bimbingan guru, siswa diminta membuat rangkuman.
2). Siswa dan guru melakukan refleksi.
3). Guru memberi tugas rumah.
E. Alat dan Sumber
a. Sumber
M Khafid. Suyati (2004). Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Erlangga: Jakarta.
b. Alat dan bahan
Chart berupa gambar uang logam dan uang kertas.
F. Penilaian
1. Bentuk penilaian
Bentuk tes tertulis
2. Instrumen penilaian
Soal Latihan
1. Rp 139.750,00 dibaca ....
2. Empat lembar 1.000 rupiah + dua lembar 500 rupiah + sepuluh lembar 100 rupiah = ....
3. Satu lima ribuan = dua seribuan, … lima ratusan, dan sepuluh seratusan.
4. Sepulang dari belanja, Ibu masih membawa empat lembar uang Rp1.000,00 dan tujuh mata uang Rp 500,00. Berapa uang yang dibawa Ibu?
5. Badu membeli barang seharga Rp 7.450,00. Ia membayar dengan satu lembar lima ribuan dan tiga lembar seribuan. Berapa uang kembalian yang diterima Badu?


Kunci Jawaban dan Pensekoran
No Jawaban Skor maksimal
1. Seratus tiga puluh sembilan ribu tujuh ratus lima puluh rupiah 2
2. Rp 1.000,00 + Rp 500,00 + Rp 100,00 = Rp 1.600,00 ( seribu enam ratus rupiah ) 3
3. Empat lima ratusan 3
4. = (Rp1.000,00 X 4) + (Rp 500,00 X 7)
= Rp 4.000,00 + Rp 3.500,00
= Rp 7.500,00 6
5. = Jumlah uang yang dibawa badu – harga barang
= Rp 5.000,00 + (Rp1.000,00 X 3) - Rp 7.450,00.
= Rp 8.000,00 - Rp 7.450,00.
= Rp 550,00 6



Mengetahui,
Guru Matematika



Adi Ardiansyah, S.Pd.
NIP 19820911 201001 1 011 Metro, 23 September 2010
Praktikan



Dona Irawan
NPM 0613053020

Mengesahkan,
Kepala Sekolah SDN 4 Metro Timur




Dra. Hj. Maria Fitri Jayasinga. M.Pd.
19630301 198303 2 006

RPP IPA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Sekolah : SDN 4 Metro Timur
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/1
Standar Kompetensi : 1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat pengerjaan hitung bilangan dalam menyelesaikan masalah.
Kompetensi Dasar : 1.4 Melakukan pengerjaan hitung campuran
Indikator : 1.4.1 Menggunakan sifat pengerjaan hitung campuran untuk melakukan penghitungan secara efisien.
1.4.2 Menentukan hasil pengerjaan hitung campuran dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
Alokasi Waktu: 4 jam pelajaran (2 kali pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat pengerjaan hitung.
2. Siswa dapat menggunakan sifat-sifat pengerjaan hitung campuran.
3. Siswa dapat menjelaskan aturan pengerjaan hitung campuran.
4. Siswa dapat menentukan hasil pengerjaan hitung campuran dan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
B. Materi Ajar
1. Penggunaan sifat-sifat hitung campuran
2. Aturan sifat-sifat hitung campuran
C. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok, demonstrasi, dan tanya jawab.
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pertemuan Pertama
a. Pendahuluan (10 menit)
1). Pengkondisisn siswa ( berdoa, absensi, merapikan tempat duduk)
2). Apersepsi:Mengingat kembali tentang pengerjaan hitung.
3). Motivasi: Apabila materi ini dapat dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (50 menit)
1). Dengan tanya jawab, siswa diminta menyebutkan dan menuliskan tanda pengerjaan hitung (jumlah, kurang, kali, bagi).
2). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenai cara menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan.
3). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenai cara menyelesaikan operasi perkalian dan pembagian.
4). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenai cara menyelesaikan operasi bilangan campuran.
5). Guru dan siswa berdiskusi tentang penggunaan tanda pengerjaan hitung dan aturannya.
6). Siswa mengerjakan tugas latihan soal-soal tentang pengerjaan hitung campuran yang terdapat pada buku sumber Matematika IV,
c. Penutup
1). Dengan bimbingan guru, siswa diminta membuat rangkuman.
2). Siswa dan guru melakukan refleksi.
3). Guru memberi tugas rumah.
E. Alat dan Sumber
M Khafid. Suyati (2004). Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Erlangga: Jakarta.
F. Penilaian
1. Bentuk penilaian
Bentuk tes tertulis
2. Instrumen penilaian
Soal Latihan
1. 67 – 32 + 19 =
2. 6 x 19 – 12 =
3. (640 + 360) : 10 =
4. 695 – 500 + 75 =
5. 14 × 10 – 1.750 : 25 =
6. 456 + 167 – 308 =
7. 187 + 39 : 3 =
8. 196 – 5 × 25 =
9. 40 + 16 × 10 =
10. 450 : 75 × 16 =
Kunci Jawaban dan Pensekoran
No Jawaban Skor maksimal
1. 67 – 32 + 19 = (67 – 32) + 19
= 35 + 19
= 54 3
2. 6 x 19 – 12 = (6 x 19) – 12
= 114 – 12
=102 3
3. (640 + 360) : 10 = 1.000 : 10
= 100 2
4. 695 – 500 + 75 = (695 – 500) + 75
= 195 + 75
= 270 3
5. 14 × 10 – 1.750 : 25 = (14 × 10) – (1.750 : 25)
=140 – 70
=70 3
6. 456 + 167 – 308 = (456 + 167) – 308
= 623 – 308
= 315 3
7. 187 + 39 : 3 = 187 + (39 : 3)
= 187 + 13
= 200 3
8. 196 – 5 × 25 = 196 – (5 × 25)
= 196 – 125
= 71 3
9. 40 + 16 × 10 = 40 + (16 × 10)
= 40 + 160
= 200 3
10. 450 : 75 × 16 = (450 : 75) × 16
= 6 × 16
= 96 3



Mengetahui,
Guru Matematika



Adi Ardiansyah, S.Pd.
NIP 19820911 201001 1 011 Metro, 01 September 2010
Praktikan



Dona Irawan
NPM 0613053020

Mengesahkan,
Kepala Sekolah SDN 4 Metro Timur




Dra. Hj. Maria Fitri Jayasinga. M.Pd.
19630301 198303 2 006

RPP MATEMATIKA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Sekolah : SDN 4 Metro Timur
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/1
Standar Kompetensi : 1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat pengerjaan hitung bilangan dalam menyelesaikan masalah.
Kompetensi Dasar : 1.4 Melakukan pengerjaan hitung campuran
Indikator : 1.4.1 Menggunakan sifat pengerjaan hitung campuran untuk melakukan penghitungan secara efisien.
1.4.2 Menentukan hasil pengerjaan hitung campuran dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
Alokasi Waktu: 4 jam pelajaran (2 kali pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat pengerjaan hitung.
2. Siswa dapat menggunakan sifat-sifat pengerjaan hitung campuran.
3. Siswa dapat menjelaskan aturan pengerjaan hitung campuran.
4. Siswa dapat menentukan hasil pengerjaan hitung campuran dan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
B. Materi Ajar
1. Penggunaan sifat-sifat hitung campuran
2. Aturan sifat-sifat hitung campuran
C. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok, demonstrasi, dan tanya jawab.
D. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Pertemuan Pertama
a. Pendahuluan (10 menit)
1). Pengkondisisn siswa ( berdoa, absensi, merapikan tempat duduk)
2). Apersepsi:Mengingat kembali tentang pengerjaan hitung.
3). Motivasi: Apabila materi ini dapat dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (50 menit)
1). Dengan tanya jawab, siswa diminta menyebutkan dan menuliskan tanda pengerjaan hitung (jumlah, kurang, kali, bagi).
2). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenai cara menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan.
3). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenai cara menyelesaikan operasi perkalian dan pembagian.
4). Siswa dan guru bersama-sama membahas materi mengenai cara menyelesaikan operasi bilangan campuran.
5). Guru dan siswa berdiskusi tentang penggunaan tanda pengerjaan hitung dan aturannya.
6). Siswa mengerjakan tugas latihan soal-soal tentang pengerjaan hitung campuran yang terdapat pada buku sumber Matematika IV,
c. Penutup
1). Dengan bimbingan guru, siswa diminta membuat rangkuman.
2). Siswa dan guru melakukan refleksi.
3). Guru memberi tugas rumah.
E. Alat dan Sumber
M Khafid. Suyati (2004). Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Erlangga: Jakarta.
F. Penilaian
1. Bentuk penilaian
Bentuk tes tertulis
2. Instrumen penilaian
Soal Latihan
1. 67 – 32 + 19 =
2. 6 x 19 – 12 =
3. (640 + 360) : 10 =
4. 695 – 500 + 75 =
5. 14 × 10 – 1.750 : 25 =
6. 456 + 167 – 308 =
7. 187 + 39 : 3 =
8. 196 – 5 × 25 =
9. 40 + 16 × 10 =
10. 450 : 75 × 16 =
Kunci Jawaban dan Pensekoran
No Jawaban Skor maksimal
1. 67 – 32 + 19 = (67 – 32) + 19
= 35 + 19
= 54 3
2. 6 x 19 – 12 = (6 x 19) – 12
= 114 – 12
=102 3
3. (640 + 360) : 10 = 1.000 : 10
= 100 2
4. 695 – 500 + 75 = (695 – 500) + 75
= 195 + 75
= 270 3
5. 14 × 10 – 1.750 : 25 = (14 × 10) – (1.750 : 25)
=140 – 70
=70 3
6. 456 + 167 – 308 = (456 + 167) – 308
= 623 – 308
= 315 3
7. 187 + 39 : 3 = 187 + (39 : 3)
= 187 + 13
= 200 3
8. 196 – 5 × 25 = 196 – (5 × 25)
= 196 – 125
= 71 3
9. 40 + 16 × 10 = 40 + (16 × 10)
= 40 + 160
= 200 3
10. 450 : 75 × 16 = (450 : 75) × 16
= 6 × 16
= 96 3



Mengetahui,
Guru Matematika



Adi Ardiansyah, S.Pd.
NIP 19820911 201001 1 011 Metro, 01 September 2010
Praktikan



Dona Irawan
NPM 0613053020

Mengesahkan,
Kepala Sekolah SDN 4 Metro Timur




Dra. Hj. Maria Fitri Jayasinga. M.Pd.
19630301 198303 2 006

soal MBS

1. Mengapa reformasi pendidikan di Indonesia mengarah pada penerapan MBS apabila dikaitkan dengan otonomi daerah?
2. Salah satu alasan diterapkannya MBS adalah pemberian otonomi yang lebih besar kepada kepala sekolah. Dengan otonomi yang besar kepada kepala sekolah maka sekolah akan lebih inisiatif/ kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah. Bagaimanakah cara sekolah memanfaatkan otonomi yang diberikan ini untuk mengembangkan mutu pendidikan?
3. Bagaimanakah sekolah mampu mengimplementasikan MBS untuk peningkatan mutu pendidkan di sekolah?
4. Bagaimanakah sekolah mampu memberdayakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah?
5. Deskripsikan pendekatan PAIKEM dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran yang bermutu di kelas?


1. Mengubah manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis sekolah merupakan proses yang panjang dan melibatkan banyak pihak. Perubahan ini memerlukan penyesuaian-penyesuaian, baik sistem atau struktur, kultur, maupun figur, dengan tuntutan-tuntutan baru manajemen pendidikan. Oleh karena itu, kita tidak bermimpi bahwa perubahan ini akan berlangsung sekali jadi dengan hasil yang langsung baik. Dengan demikian, fleksibilitas, eksperimentasi, dan cara berpikir komprehensif yang menghasilkan kemungkinan-kemungkinan baru dalam penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah perlu didorong. Dengan kata lain, sistem manajemen pendidikan yang sentralistis telah terbukti tidak membawa kemajuan yang berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Seiring dengan bergulirnya era otonomi daerah, terbukalah peluang untuk melakukan reorientasi paradigma pendidikan menuju ke arah desentralisasi system pengelolaan pendidikan. Peluang tersebut semakin tampak nyata setelah dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi pendidikan melalui strategi pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS). Kebijakan MBS bukan sekedar mengubah pendekatan sistem pengelolaan sekolah dari yang sentralistis ke desentralistis, tetapi lebih dari itu melalui MBS diyakini akan muncul kemandirian sekolah. Perubahan dalam manajemen pendidikan disebabkan oleh lemahnya pola lama manajemen pendidikan nasional yang selama ini bersifat sentralistik. Otonomi daerah telah mendorong dilakukannya penyesuaian diri dari pola lama menuju pola baru manajemen pendidikan masa depan yang lebih bernuansa otonomi dan yang lebih demokratis. Kebijakan ini diterapkan pemerintah dalam kerangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu bentuk kebijakan itu adalah perubahan dalam manajemen pendidikan. Terdapat perbedaan yang mendasar antara pola lama dengan pola baru manajemen pendidikan. Pada pola lama manajemen pendidikan, tugas dan fungsi
sekolah lebih pada melaksanakan program daripada mengambil inisiatif merumuskan dan melaksanakan program peningkatan mutu yang dibuat sendiri oleh sekolah. Sementara itu, pada pola baru manajemen pendidikan sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif dan partsisipasi masyarakat makin besar,
sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya, pendekatan profesionalisme lebih diutamakan daripada pendekatan birokrasi, pengelolaan sekolah lebih desentralistik, perubahan sekolah lebih didorong oleh motivasi-diri sekolah daripada diatur dari luar sekolah, regulasi pendidikan lebih sederhana, peranan pusat bergeser dari mengontrol menjadi mempengaruhi dan dari mengarahkan ke memfasilitasi, dari menghindari resiko menjadi mengolah resiko, penggunaan uang lebih efisien karena sisa anggaran tahun ini dapat digunakan untuk anggaran tahun depan (efficiency-based budgeting), lebih mengutamakan teamwork, informasi terbagi ke semua warga sekolah, lebih mengutamakan pemberdayaan, dan struktur organisasi lebih datar sehingga lebih efisien.


2. Dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa : ”Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sasarana dan prasarana”. Maka kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan maka dalam tinjauan kinerja kepala sekolah perlunya adanya pemikiran tentang upaya-upaya strategis peningkatan mutu pendidikan khususnya pada jejang sekolah dasar. Otonomi dapat diartikan sebagai kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri (pengelolaan mandiri). Dalam hal prinsip pengelolaan mandiri dibedakan dari pandangan yang menganggap sekolah hanya sebagai satuan organisasi pelaksana yang hanya melaksanakan segala sesuatu berdasarkan pengarahan, petunjuk, dan instruksi dari atas atau dari luar. Kemandirian dalam program dan pendanaan merupakan tolok ukur utama kemandirian sekolah. Istilah otonomi juga sama dengan istilah “swa”, misalnya
swasembada, swakelola, swadana, swakarya, dan swalayan. Jadi otonomi sekolah
adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Tentu saja kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan,yaitu kemampuan mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi/menghargai perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi dengan cara yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, serta kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri. Fleksibilitas dapat diartikan sebagai keluwesan-keluwesan yang diberikan kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu sekolah. Dengan keluwesan sekolah yang lebih besar, sekolah akan lebih lincah dan tidak harusmenunggu arahan dari atasannya untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya. Peningkatan partisipasi yang dimaksud adalah penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik. Warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, usahawan, dan sebagainya) didorong untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hal inidilandasi oleh keyakinan bahwa jika seseorang dilibatkan (berpartisipasi) dalam penyelenggaraan pendidikan, maka yang bersangkutan akan mempunyai “rasamemiliki” terhadap sekolah, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggungjawab dan berdedikasi dalam mencapai tujuan sekolah. Singkatnya,makin besar tingkat partisipasi, makin besar pula rasa memiliki; makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggungjawab, dan makin besar rasa tanggungjawab, makin besar pula dedikasinya. Tentu saja pelibatan warga sekolah dalam penyelenggaraan sekolah harus mempertimbangkan keahlian, batas kewenangan, dan relevansinya dengan tujuan partisipasi. maka sekolah memiliki kewenangan(kemandirian) lebih besar dalam mengelola sekolahnya (menetapkan sasaran peningkatan mutu, menyusun rencana peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkatan mutu, dan melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu),memiliki fleksibilitas pengelolaan sumber daya sekolah, dan memiliki partisipasi yang lebih besar dari kelompok-kelompok yang berkepentingan dengan sekolah. Menurut Nurkholis (2003:52) terdapat empat prinsip untuk mengelola sekolah dengan menggunakan MBS, yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistem pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif sumber daya manusia


3. Nurkholis (2003:132) mengemukakan sembilan strategi keberhasilan implementasi MBS. Pertama, sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan
pengetahuan dan ketrampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian, serta pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil. Mulyasa (2005: 41) menyatakan bahwa salah satu bentuk otonomi sekolah adalah kebijakan pengembangan kurikulum yang mengacu kepada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan standar isi, serta pembelajaran beserta sistem evaluasinya, sepenuhnya menjadi wewenang sekolah, yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat yang dilakukan secara fleksibel. Dengan demikian, otonomi sekolah yang dilakukan secara benar dalam kerangka implementasi MBS diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Kedua, adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan pembelajaran dan non- pembelajaran. Menurutnya, sekolah harus lebih banyak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat secara luas. Wujud dari partisipasi masyarakat dan orang tua siswa bukan hanya sebatas dalam bantuan dana, tetapi lebih dari itu dalam memikirkan peningkatan kualitas sekolah. Ketiga, adanya kepemimpinan sekolah yang kuat sehingga mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif. Kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Dalam MBS kepala sekolah berperan sebagai designer, motivator, fasilitator, dan liaison. Oleh karena itu, pengangkatan kepala sekolah harus didasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan, dan bukan lagi didasarkan atas jenjang kepangkatan. Menurut Mulyasa (2005:98), Kepala Sekolah merupakan “sosok kunci” (the key person) keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dalam kerangka implementasi MBS. Oleh karena itu, dalam implementasi MBS kepala sekolah harus memiliki visi, misi, dan wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkannya melalui perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan supervisi pendidikan. Kepala sekolah juga dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah. Singkatnya, dalam implementasi MBS, kepala sekolah harus mempu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Keempat, adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang efektif. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani kepala sekolah adalah murid dan orangtuanya, serta masyarakat dan para guru. Kelima, semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing harus ada sosialisasi tentang konsep MBS. Keenam, adanya panduan (guidelines) dari Departeman Pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif. Dengan dasar hukum pelaksanaan MBS yang tertuang adalam UU No. 25 Tahun 2000, dan UU No. 20 Tahun 2003, Departemen Pendidikan diharapkan memberikan panduan sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan MBS yang sifatnya tidak mengekang dan membelenggu sekolah. Ketujuh, sekolah harus transparan dan akuntabel yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban tahunan. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap semua stakeholder. Untuk itu, sekolah harus dikelola secara transparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada setiap pihak terkait. Kedelapan, penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah, khususnya pada peningkatan prestasi belajar siswa. Kesembilan, implementasi diawali dengan sosialisasi konsep MBS, identifikasi peran masing-masing, pembangunan kelembagaan (capacity building), pengadaan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada prosespembelajaran, monitoring dan evaluasi, serta melakukan perbaikan-perbaikan. Menurut Nurkholis (2003:264), ada enam faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS. Keenamnya mencakup: political will, finansial, sumber daya manusia, budaya sekolah, kepemimpinan, dan keorganisasian. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan implementasi MBS. Ketersedian sumber daya manusia yang mendukung implementasi MBS belum cukup. Faktor budaya sekolah rata-rata belum bisa mendukung kesuksesan implementasi MBS. Perubahan dari budaya sekolah yang telah lama terbentuk dengan manajemen pendidikan yang sentralistik menuju manajemen pendidikan yang sentralistik masih sulit dilaksanakan. Budaya yang hanya melaksanakan apa yang ditetapkan pusat masih melekat pada sebagian besar sekolah. Masih banyak warga sekolah yang tidak perduli terhadap kemajuan sekolahnya. Oleh karena itu, perlu dibangun budaya sekolah yang mendukung implementasi MBS, seperti budaya untuk maju, bekerja keras, inovatif, dan sebagainya untuk mencapai peningkatan mutu sekolah. Kepemimpinan dan organisasi yang efektif merupakan faktor penting lainnya untuk keberhasilan implementasi MBS. Kepemimpinan yang efektif tercapai apabila kepala sekolah memiliki kemampuan profesional di bidangnya, memiliki bakat atau sifat, serta memahami kondisi lingkungan sekolah dalam menerapkan kepemimpinannya. Kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang mampu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Dari segi indikator aspek peningkatan mutu, keberhasilan implementasi MBS apat dilihat dari meningkatnya prestasi akademik maupun nonakademik Sedangkan indikator tata layanan pendidikan ditunjukkan oleh sejauh mana peningkatan layanan pendidikan di sekolah itu terjadi. Layanan yang lebih baik kepada siswa melalui pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi sekolah, akan menyebabkan proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif, serta siswa pun menjadi lebih aktif dan kreatif karena mereka berada dalam lingkungan belajar yang menyenangkan. Tata layanan pendidikan yang berkualitas mengakibatkan prestasi siswa juga meningkat, baik dari aspek akademik maupun nonakademik. Dampak positif lainnya dari tata layanan pendidikan yang berkualitas ialah menurunnya jumlah siswa mengulang kelas atau yang drop-out. Menurut Wohlstetter dan Mohrman, dkk. (1997), terdapat empat kewenangan (otonomi) dan tiga prasyarat yang bersifat organisasional yang seharusnya dimiliki sekolah dalam mengimplementasikan MBS. Hal itu berkaitan dengan: (1) kekuasaan (power) untuk mengambil keputusan, (2) pengetahuan dan keterampilan, termasuk untuk mengambil keputusan yang baik dan pengelolaan secara profesional, (3) informasi yang diperlukan oleh sekolah untuk mengambil keputusan, (4) penghargaan atas prestasi (reward), (5) panduan instruksional (pembelajaran), seperti rumusan visi dan misi sekolah yang menfokuskan pada peningkatan mutu pembelajaran, (6) kepemimpinan yang mengupayakan kekompakan (kohesif) dan fokus pada upaya perbaikan atau perubahan, serta (7) sumber daya yang mendukung. penerapan MBS di sekolah juga hendaknya memperhatikan karakteristik dari MBS, baik dilihat dari aspek input, proses dan output. Pemahaman terhadap prinsip MBS dan karaketeristik MBS akan membawa sekolah kepada penerapan MBS yang lebih baik. Pada akhirnya mutu pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dan dipertanggungjawabkan, karena pelaksanaannya dilakukan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel Indikator-indikator tersebut dapat dilihat dari 3 pilar kebijakan pendidikan nasional yaitu pemerataan dan peningkatan akses, peningkatan mutu dan daya saing, serta tata layana pendidikan yang lebih baik. Berdasarkan ketiga pilar tersebut, indikator-indikator keberhasilan implementasi MBS dapat dilihat dari semakin meningkat dan membaiknya: (1) jumlah siswa yang mendapat layanan pendidikan, (2) kualitas layanan pendidikan (seperti pembelajaran), yang berdampak pada peningkatan prestasi akademik dan non akademik siswa dan jumlah siswa yang tingkat tinggal kelas menurun, (4) produktivitas sekolah (efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya), (5) relevansi pendidikan, (6) keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan, (7) partisipasi orang tua dan masyarakat dalam pengambilan keputusan, (8) iklim dan budaya kerja sekolah, (9) kesejahteraan guru dan staf sekolah, serta (10); demokratisasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

4. Profesionalisme guru merupakan tujuan dari pembinaan ketenagaan untuk dapat menjawab segala tantangan dan perubahan sosial yang terjadi. Secara teoretis, karakteristik profesi meliputi (1) kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan akademik, (2) memiliki pengetahuan khusus, (3) memiliki pengetahuan praktis yang langsung dapat digunakan oleh orang lain, (4) memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan, (5) memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri, dan (6) altruisme yaitu mementingkan kepentingan orang lain, serta (7) memiliki etik. Menurut Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003, Tenaga Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidik mempunyai dua arti, yaitu arti yang luas dan arti yang sempit. Dalam arti luas, seorang pendidik adalah semua orang yang berkewajiban membina peserta didik. Dalam arti sempit, pendidik adala orang yang dengan sengaja dipersiapkan menjadi guru atau dosen. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbing-an dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Pendidik bertugas menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Untuk itu, pendidik harus memiliki komitmen profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai pendidik ia harus memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan, sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tugasnya ialah melaksanakan pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada suatu satuan pendidikan. Seperti halnya tenaga pendidik, tenaga kependidikan juga berkewajiban untuk membantu menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Ia pun harus harus dapat menjadi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan, sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Guru dan dosen adalah jabatan profesional, sebab mereka mendapatkan tujangan prefoseional. Untuk memperkuat keprofesionalitasannya, seorang pendidik (Pidarta, 1997) perlu: (1) memiliki sikap suka belajar, (2) mengetahui cara belajar, (3) memiliki rasa percaya diri, (4) mencintai prestasi tinggi, (5) memiliki etos kerja produktif dan kreatif, serta (6) puas terhadap kesuksesan yang dicapai dan berusaha meningkatkannyaSeorang pendidik harus senantiasa mengembangkan kinerjanya secara konsisten dan berkelanjutan mengingat peranannya sebagai: (1) manajer pendidikan atau pengorganisasi kurikulum, (2) fasilitator pendidikan, (3) pelaksana pendidikan, (4) pembimbing atau supervisor para siswa, (5) penegak disiplin siswa, (6) model perilaku yang akan ditiru siswa, (7) konselor, (8) evaluator, (9) petugas tata usaha kelas, (10) komunikator dengan orang tua siswa dan masyarakat, (11) pengajar untuk meningkatkan profesi secara berkelanjutan, serta anggota profesi pendidikan. (Pidarta, 1997). Pemderdayaan itu dapat dilakukan melalui peningkatan moral, etika kerja, motivasi, jaminan sosial, sikap, disiplin, kesehatan, kesempatan berprestasi dan berkarier, lingkungan dan suasana kerja, hubungan antarpersonal di sekolah, penguasaan teknologi berbasis IT, kepuasan kerja, kebijakan pemerintah, besarnya pendapatan, serta sarana untuk berkembang. pada dasarnya upaya memberdayakan kinerja tenaga pendidik dalam konteks MBS adalah melalui koodinasi dan komunikasi. Koordinasi yang dilakukan kepala sekolah dengan para guru dan masyarakat dapat secara vertikal, horisontal, fungsional dan diagonal. Koordinasi dapat juga dilakukan secara internal dan eksternal, dan secara terus menerus sebagai langkah konsolidasi dalam memperkuat kelembagaan untuk mencapai tujuan. Contohnya, mengadakan pertemuan informal dengan para pejabat, mengadakan rapat baik rapat koordinasi antara kepala sekolah dengan guru, dengan komite sekolah, maupun dengan orangtua siswa. Pada dasarnya ada tiga kegiatan penting yang diperlukan pendidik untuk meningkatkan kualitas sehingga dapat meningkatkan pangkatnya sampai pada jenjang kepangkatan tertinggi. Pertama, memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman mengembangkan materi pembelajaran dan berinteraksi dengan peserta didik. Tukar informasi ini bisa dilakukan melalui KKG dan kegiatan ilmiah dengan topik bersifat aplikatif. Kedua, melakukan penelitian misalnya melalui Penelitian Tindakan (Action Research) dan sosialisasi hasil penelitian dalam pertemuan ilmiah. Ketiga, membiasakan diri mengkomunikasikan hasil penelitian yang dilakukan melalui media cetak agar dapat diakses secara luas. Dalam kaitannya dengan MBS, faktor-faktor tersebut apabila dikelola dengan manajemen berbasis masyarakat dan sekolah akan dapat memberikan peluang untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Oleh sebab itu, untuk mendorong sekolah yang produktif, efektif dan efisien, pemberdayaan kinerja tenaga kependidikan harus selalu diperhatikan.

5. Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan yang diibaratkan sebagai jantung dari keseluruhan proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan peserta didik, menumbuhkan inovasi-inovasi baru, mengembangkan kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana menyenangkan. Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran informasi atau pengetahuan dari guru belaka. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari peserta didik sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Aktif di sini bersifat fisik maupun mental. Artinya, aktif dalam mengemukakan penalaran (alasan), menemukan kaitan yang satu dengan yang lain, mengkomunikasikan ide/gagasan, mengemukakan bentuk representasi yang tepat, dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah. Pembelajaran inovasi dimaksudkan agar guru menciptakan suatu kegiatan belajar yang berbeda yaitu dengan penemuan-penemuan baru tentang pembelajran sehingga siswa diberikan pengetahuan yang baru. Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik, juga siswa dapat menjadi kreatif dalam proses pembelajarannya. Artinya, siswa kreatif dalam memahami masalah, menemukan ide yang terkait, mempresentasikan dalam bentuk lain yang lebih mudah diterima, dan menemukan kesenjangan yang harus diisi untuk memecahkan masalah. Pembelajaran menyenangkan adalah suatu pembelajaran yang mempunyai suasana yang mengasyikkan sehingga perhatian peserta didik terpusat secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif. Maksudnya, tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik (kompetensi) setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain. Jadi, efektif artinya berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Pembelajaran efektif hanya dapat terjadi apabila guru mampu berkomunikasi secara efektif. Hunt (1999:62) menyatakan bahwa terdapat 4 unsur pokok dalam komunikasi yaitu pesan, sasaran komunikasi, sumber, dan media. Pesan adalah bahan ajar yang akan disampaikan, instruksi-instruksi untuk pelaksanaan proses pembelajaran, tugas-tugas, dan rencana-renanca kegiatan lainnya. Sasaran adalah siswa. Sumber pesan adalah guru, dan media komunikasinya adalah bahasa, simbol, atau alat pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Dalam konteks pembelajaran aktif, guru bukan sumber utama dalam pembelajaran, melainkan lebih sebagai fasilitator yang mengantarkan siswa untuk mencapai kompetensinya dengan menggunakan berbagai sumber yang ada, dengan menggunakan komunikasi yang efektif, baik secara verbal maupun non verbal. Pada pendekatan PAIKEM, peran guru sangat penting. Guru dapat berfungsi sebagai fasilitator, motivator, dan pencipta suasana yang aktif, kreatif, efektif dan juga menyenangkan. Guru aktif memantau kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, mempertanyakan gagasan siswa. Jika kondisi ini terjadi, maka siswa akan bisa menjadi aktif. Artinya, siswa dapat secara aktif membangun konsep, bertanya, bekerja, terlibat, dan berpartisipasi, menemukan dan memecahkan masalah, mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan. Di samping itu, guru harus kreatif, artinya guru dapat mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam, membuat alat bantu belajar, memanfaatkan lingkungan, mengelola kelas dan sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Guru harus mengembangkan suatu proses pembelajaran yang efektif, yaitu pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu terapainya kompetensi siswa. Pembelajaran menyenangkan adalah kegiatan belajar yang menarik, menantang, meningkatkan motivasi peserta didik, mendapatkan pengalaman secara langsung, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta tidak membuat peserta didik takut. Peserta didik senang belajar berarti mengkondisikan peserta didik untuk berani mencoba/berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat/ gagasan, berani mempertanyakan gagasan orang lain, sebagaimana empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO. Menurut UNESCO, pembelajaran harus berorientasi pada “learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together”. Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata pembelajaran yang menjadikan siswa tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan peserta didik dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, baik fisik maupun psikologis. Jika pembelajaran berada dalam kondisi tekanan, maka akan mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran (learning climate) yang kondusif. PAIKEM mengambarkan: (a) keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat; (b) penggunaan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik; (c) pengaturan kelas yang menyediakan buku-buku dan bahan belajar yang menarik dan ‘pojok baca’; (d) penerapan strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok; (e) pemicuan peserta didik untuk menemukan sendiri cara memecahkan suatu masalah, mengungkapkan gagasan, dan menciptakan lingkungan sekolah. Keberhasilan pelaksanaan PAIKEM di sekolah dipengaruhi oleh berbagai komponen, di antaranya: guru, kepala sekolah, orang tua siswa, komite sekolah, masyarakat, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Departemen Pendidikan Nasional. Keseluruhan komponen pendukung tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda berdasarkan tugas dan fungsinya, akan tetapi antarpelbagai komponen itu memiliki keterkaitan yang sangat erat. Artinya, dukungan mereka merupakan dukungan integral yang seharusnya dilakukan agar peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dapat tercapai.

manajemen berbasis sekolah

PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN
LIFE SKILL DI SEKOLAH DASAR
MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tagihan tugas individu mata kuliah Life Skill
Yang dibimbing Drs. Alben Ambarita, M.Pd.



Disusun oleh
DONA IRAWAN
0613053020













S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UPP METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan pertolongan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah life skill.
Dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penyusun untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dra. Alben Ambarita M.Pd, selaku dosen Mata kuliah life skill. Serta seluruh teman-teman yang telah membantu menyelesaikan pembuatan makalah ini terimakasih untuk dukungan dan motivasinya selama ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyajian makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna.perbaikan penulisan selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun, umumnya bagi pembaca.


Metro, 25 Mei 2009
Penyusun

Dona Irawan



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Dalam pengemabangan life skill sejak usia SD, tak ada salahnya bila seorang guru memulai dengan memilah-milah beberapa pertanyaan. Pertama, kemampuan apa yang relevan dipelajari anak di sekolah, atau kemampuan apa yang anak harus kuasai setelah menyelesaikan satuan program belajar tertentu. Kedua, bahan ajar apa yang harus dipakai sehingga ada jaminan setelah menggunakan bahan ajar itu si anak akan menguasai kemampuan tersebut. Ketiga, kegiatan dan pengalaman belajar seperti apa yang dialami sendiri oleh anak sehingga ia terpacu mempelajari hal-hal yang perlu dikuasai. Keempat, adalah fasilitas, alat, dan sumber belajar bagaimana yang perlu disediakan untuk mendukung kepemilikan kemampuan-kemampuan yang diinginkan tersebut. Dengan peran demikian, maka tak ada alasan bagi guru bersama kepala sekolah untuk tidak menjadikan sekolah sebagai a place for better learning. Karena, dalam jenjang berikutnya selain sekolah tetap melayani program-program akademiknya, sekolah harus mampu menyediakan program pembelajaran yang dapat memberikan jaminan kepemilikkan “life skills” yang diorientasikan pada penguasaan “specific occuvational skills“. Kemampuan tersebut diperlukan oleh setiap anak sekolah (Satori, Djam’an).
Proses pembelajaran berpusat pada anak dengan orientasi pada ketrampilan tampaknya tak berjalan mulus kala itu. Salah satu penyebabnya tak lain adalah kurikulum 1994 yang dipandang padat isi, dan orientasinyapun lebih berpusat pada guru. Anak lebih diposisikan sebagai pendengar setia ceramah guru, namun dituntut bisa memahami. Aspek motorik anak seolah benar-benar terisolasi, karena cuma dijejali beragam teori saja. “Sebenarnya aspek motorik anak sudah mulai terlihat sejak usia dini atau TK, dan itu harus terus dikembangkan ketika mereka memasuki jenjang SD,” kata Endang Supadminingsih, S.P, M.P. Hal ini akan membuat mereka senang, dan wawasannya juga akan berkembang,” terang Isnaini. Namun pengembangan ketrampilan atau life skill pada usia SD semata-mata adalah untuk mendongkrak akademik siswa. Bukan diarahkan pada ketrampilan dengan orientasi hasil yang segera dapat dipanen. Ketrampilan yang diberikan pun hendaknya ringan dan bersifat rekreatif/menyenangkan.
Oleh karena itu kita perlu menciptakan sekolah sebagai tempat untuk mengembangkan potensi kecakapan untuk hidup (life skills) anak-anak bangsanya dengan cara yang lebih sistematis dan terarah melalui pendidikan formal. Dan tugas sekolah sebagai subsistem pendidikan adalah melaksanakan pendidikan formal untuk mengembangkan potensi kecakapan untuk hidup, sejajar bersama-sama dengan bangsa-bangsa lain.Dewasa ini masalah "life skills" melalui pendidikan formal menjadi aktual lagi untuk dibahas kembali dengan berbagai macam latar belakangnya yang sangat rasional.

B. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah
2. Untuk memahami peran kepala sekolah, mengenai tugas-tugasnya.
3. Untuk mengaetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam merealisasikan keprofesionalan kepala sekolah untuk mencari sebuah solusi yang arif.
C. Manfaat Penulisan Makalah
1. Dapat mengetahui bagaimana gambaran profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah
2. Dapat memahami peran kepala sekolah, mengenai tugas-tugasnya.
3. Dapat mengaetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam merealisasikan keprofesionalan kepala sekolah untuk mencari sebuah solusi yang arif.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian life skill
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan. Kata cakap memiliki beberapa arti. Pertama dapat diartikan sebagai pandai atau mahir, kedua sebagai sanggup, dapat atau mampu melakukan sesuatu, dan ketiga sebagai mempunyai kemampuan dan kepandaian untuk mengerjakan sesuatu. Jadi kata kecakapan berarti suatu kepandaian, kemahiran, kesanggupan atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menyelesaikan sesuatu. Oleh karena itu kecakapan untuk hidup ('life skills') dapat didefinisikan sebagai suatu kepandaian, kemahiran, kesanggupan atau kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk menempuh perjalanan hidup atau untuk menjalani kehidupan, mulai dari masa kanak-kanak sampai dengan akhir hayatnya. Seperti diuraikan di atas, potensi untuk dapat mengembangkan kecakapan untuk hidup ini telah ada pada setiap orang sejak ia dilahirkan. Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.
Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).
Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praksis dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan. Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar peserta didik mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri. Waktu yang diperlukan untuk mengembangkan potensi pada manusia relatif lebih lama dan pada waktu yang diperlukan oleh binatang, karena pada binatang lebih didominasi oleh naluri biologis. Sedangkan pada manusia di samping pengembangan naluri biologis masih diperlukan waktu persiapan yang lebih panjang untuk mengembangkan daya fisik, daya fikir, daya emosi dan daya spiritual yang terpadu menjadi daya kalbu. Kemampuan kecakapan untuk menjalani kehidupan ini pada awalnya berkembang secara alamiah melalui pendidikan informal pada keluarga dan masyarakat. Kemudian secara formal upaya untuk mengembangkan dan memperkuat potensi yang telah ada ini dirancang dengan sistematis ke dalam suatu kurikulum untuk diberikan kepada anak didik melalui pendidikan di sekolah dengan alokasi waktu jam pelajaran tertentu pada setiap minggu, mulai dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Menengah, sampai dengan Perguruan Tinggi.
Berdasarkan hasil pendidikan informal yang diterima, hasil pengalaman yang diperoleh dan hasil pendidikan formal yang pemah diikuti dengan benar, selama menempuh perjalanan hidup seseorang temyata, bahwa kemampuan kecakapan untuk hidup ini dapat berkembang terus menjadi semakin kuat dan meningkat dalam kearifannya untuk mengarungi samudera kehidupan. Kemajuan ini masih dapat diupayakan untuk meningkat lagi dan akan menampakkan wujudnya dengan sesuatu yang disebut dengan mutu. Dan pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh dalam memecahkan berbagai masalah selama mengarungi kehidupan ini akan dapat menempa dan memperkuat kemampuan itu sehingga menjadi suatu mutu kehidupan untuk menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang lebih sulit dan semakin rumit. Mutu kehidupan itu pun masih dapat ditingkatkan lagi sampai ke puncaknya. Tingkat kemampuan kecakapan untuk hidup yang tertinggi adalah apabila dalam menempuh perjalanan hidup itu sendiri selalu dilandasi dengan rasa kasih sayang yang tulus kepada sesama. Lalu dijalani dan dihayati dengan penuh kepasrahan dan tawakkal untuk mengikuti aturan Sang Pencipta, dengan cara yang apa adanya, cara yang santun, cara yang ikhlas dan cara yang indah, sebagai suatu seni hidup yang disebut 'The Art of Life*.
B. Pendidikan kecakapan untuk hidup
Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
a) Kecakapan hidup generik (generic life skill/GLS), dan
b) Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS).
Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dibagi menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup generik terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir mencakup antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah, dan mengambil keputusan, serta memecahkan masalah secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill). Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).
Dalam hampir semua kegiatan untuk menjalani kehidupan, persoalan sehari-hari yang dihadapi oleh seseorang pada urnumnya berkisar pada empat persoalan besar yang sangat mendasar sebagai persoalan utama. Keempat persoalan besar itu adalah: pertama persoalan yang berkaitan dengan dirinya sendiri, kedua persoalan yang berkaitan dengan keberadaannya bersama-sama dengan orang lain, ketiga persoalan yang berkaitan dengan keberadaannya di suatu lingkungan alam tertentu, dan keempat persoalan yang berkaitan dengan pekerjaannya, baik yang berkaitan dengan pekerjaan utama yang ditekuni sebagai mata pencaharian maupun pekerjaan yang hanya sekadar sebagai hobi. Agar dapat menghadapi keempat persoalan utama tersebut dengan sebaik-baiknya, diperlukan adanya suatu kecakapan khusus yang minimal harus dapat dikuasai oleh seseorang. Untuk mempersiapkan hal itu secara dini, pada dasarnya perlu diupayakan dengan baik, sekurang-kurangnya empat jenis pendidikan kecakapan untuk hidup yang (Life Skills Education) yang harus dibekalkan kepada para siswa.
Keempat jenis pendidikan kecakapan yang perlu diberikan untuk mempersiapkan anak didik agar dapat memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan atau kemampuan untuk menempuh perjalanan hidup itu, baik melalui pendidikan informal di dalam keluarga dan masyarakat, maupun melalui pendidikan formal di sekolah hendaknya mencakup: 'personal skills education', 'social skills education', 'environmental skills education', dan 'vocational atau occupational skills education'.

a. 'Personal Skills Education' adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik dengan diri sendiri untuk mengaktualisasikan jati-dirinya sebagai manusia yang menjadi khalifah atau wakil Sang Pencipta di planet bumi ini.

b. 'Social Skills Education' adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog untuk bergaul secara baik dengan sesama manusia.

c. 'Environmental Skills Education' adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik dengan lingkungan alam sekitamya, untuk menikmati keindahannya dan menjaganya dari kerusakan-kerusakan karena ulahnya sendiri atau oleh manusia lainnya, serta kemampuan untuk menjaga diri dari pengaruh-pengaruhnya.

d. 'Vocational atau Occupational Skills Education' adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan untuk menguasai dan menyenangi jenis pekerjaan tertentu. Jenis pekerjaan tertentu ini bukan hanya merupakan pekerjaan utama yang akan ditekum sebagai mata pencaharian,yaitu menjadi bekal untuk bekerja mencari nafkah yang halal yang merupakan salah satu kewajiban dalam menempuh perjalanan hidupnya di kelak kemudian hari. Jenis pekerjaan tertentu dapat juga merupakan pekerjaan yang hanya sekadar sebagai hobi.
C. Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru
Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah-, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan bahwa “ kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru.” Perlu digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi sebagaimana telah dipaparkan di atas.
Menurut Poernomosidi Hadjisarosa (1997 dalam slamet, PH, 2000), kepala sekolah merupakan salah satu sumberdaya sekolah yang disebut sumberdaya manusia jenis manajer (SDM-M) yang memiliki tugas dan fungsi mengkoordinasikan dan menyerasikan sumberdaya manusia jenis pelaksana (SDM-P) melalui sejumlah input manajemen agar SDM-P menggunakan jasanya untuk bercampur tangan dengan sumberdaya selebihnya (SD-slbh), sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik untuk menghasilkan output yang diharapkan. Secara umum, karakteristik kepala sekolah tangguh dapat dituliskan sebagai berikut (Slamet, PH,2000) : Kepala sekolah: (a) memiliki wawasan jauh kedepan (visi) dan tahu tindakan apa yang harus dilakukan (misi) serta paham benar tentang cara yang akan ditempuh (strategi); (b) memiliki kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan seluruh sumberdaya terbatas yang ada untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan sekolah (yang umumnya tak terbatas); (c) memiliki kemampuan mengambil keputusan dengan terampil (cepat, tepat, cekat, dan akurat); (d) memiliki kemampuan memobilisasi sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan dan yang mampu menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal penting bagi tujuan sekolahnya; (e) memiliki toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang dan tidak mencari orang-orang yang mirip dengannya, akan tetapi sama sekali tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar, dan nilai-nilai; (f) memiliki kemampuan memerangi musuh-musuh kepala sekolah, yaitu ketidakpedulian, kecurigaan, tidak membuat keputusan, mediokrasi, imitasi, arogansi, pemborosan, kaku, dan bermuka dua dalam bersikap dan bertindak.
1. Kepala sekolah menggunakan "pendekatan sistem" sebagai dasar cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah harus berpikir sistem (bukan unsystem), yaitu berpikir secara benar dan utuh, berpikir secara runtut (tidak meloncat-loncat), berpikir secara holistik (tidak parsial), berpikir multi-inter-lintas disiplin (tidak parosial), berpikir entropis (apa yang diubah pada komponen tertentu akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya); berpikir "sebab-akibat" (ingat ciptaan-Nya selalu berpasang-pasangan); berpikir interdipendensi dan integrasi, berpikir eklektif (kuantitatif + kualitatif), dan berpikir sinkretisme.

2. Kepala sekolah memiliki input manajemen yang lengkap dan jelas, yangditunjukkan oleh kelengkapan dan kejelasan dalam tugas (apa yang harus dikerjakan, yang disertai fungsi, kewenangan, tanggungjawab, kewajiban, dan hak), rencana (diskripsi produk yang akan dihasilkan), program (alokasi sumberdaya untuk merealisasikan rencana), ketentuan-ketentuan/limitasi (peraturan perundang-undangan, kualifikasi, spesifikasi, metoda kerja, prosedur kerja, dsb.), pengendalian (tindakan turun tangan), dan memberikan kesan yang baik kepada anak buahnya.
3. Kepala sekolah memahami, menghayati, dan melaksanakan perannya sebagai manajer (mengkoordinasi dan menyerasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan), pemimpin (memobilisasi dan memberdayakan sumberdaya manusia), pendidik (mengajak nikmat untuk berubah), wirausahawan (membuat sesuatu bisa terjadi), penyelia (mengarahkan, membimbing dan memberi contoh), pencipta iklim kerja (membuat situasi kehidupan kerja nikmat), pengurus/administrator (mengadminitrasi), pembaharu (memberi nilai tambah), regulator (membuat aturan-aturan sekolah), dan pembangkit motivasi (menyemangatkan). Catatan: manajer tangguh, menurut hasil-hasil penelitian kelas kakap dunia, paling tidak memiliki sejumlah kompetensi seperti berikut. Menurut Enterprising Nation (1995), manajer tangguh memiliki delapan kompetensi, yaitu: (a) people skills, (b) strategic thinker, (c) visionary, (d) flexible and adaptable to change, (e) self-management, (f) team player, (g) ability to solve complex problem and make decisions, and (h) ethical/high personal standards. Sedang American Management Association (1998) menuliskan 18 kompetensi yang harus dimiliki manajer tangguh, yaitu: (a) efficiency orientation, (b) proactivity, (c) concern with impact, (d) diagnostic use of concepts, (e) use of unilateral power, (f) developing others, (g) spontaneity, (h) accurate self-assessment, (i) self-control, (j) stamina and adaptability, (k) perceptual objectivity, (l) positive regard, (m) managing group process, (n) use of sosialized power, (o) self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical thought, and (r) use of oral presentation.

4. Kepala sekolah memahami, menghayati, dan melaksanakan dimensi-dimensi tugas (apa), proses (bagaimana), lingkungan, dan keterampilan personal, yang dapat diuraikan sebagai berikut: (a) dimensi tugas terdiri dari: pengembangan kurikulum, manajemen personalia, manajemen kesiswaan, manajemen fasilitas, pengelolaan keuangan, hubungan sekolah-masyarakat, dsb; (b) dimensi proses, meliputi pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian, pemotivasian, pemantauan dan pengevaluasian, dan pengelolaan proses belajar mengajar; (c) dimensi lingkungan meliputi pengelolaan waktu, tempat, sumberdaya, dan kelompok kepentingan; dan (d) dimensi keterampilan personal meliputi organisasi diri, hubungan antar manusia, pembawaan diri, pemecahan masalah, gaya bicara dan gaya menulis (Lipham, 1974; Norton, 1985).

5. Kepala sekolah mampu menciptakan tantangan kinerja sekolah (kesenjangan antara kinerja yang aktual/nyata dan kinerja yang diharapkan). Berangkat dari sini, kemudian dirumuskan sasaran yang akan dicapai oleh sekolah, dilanjutkan dengan memilih fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, lalu melakukan analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) untuk menemukan faktor-faktor yang tidak siap (mengandung persoalan), dan mengupayakan langkah-langkah pemecahan persoalan. Sepanjang masih ada persoalan, maka sasaran tidak akan pernah tercapai.

6. Kepala sekolah mengupayakan teamwork yang kompak/kohesif dan cerdas, serta membuat saling terkait dan terikat antar fungsi dan antar warganya, menumbuhkan solidaritas/kerjasama/kolaborasi dan bukan kompetisi sehingga terbentuk iklim kolektifitas yang dapat menjamin kepastian hasil/output sekolah.

7. Kepala sekolah menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan kreativitas dan memberikan peluang kepada warganya untuk melakukan eksperimentasi-eksperimentasi untuk menghasilkan kemungkinan-kemungkinan baru, meskipun hasilnya tidak selalu benar (salah). Dengan kata lain, kepala sekolah mendorong warganya untuk mengambil dan mengelola resiko serta melindunginya sekiranya hasilnya salah.

8. Kepala sekolah memiliki kemampuan dan kesanggupan melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah sebagai konsekuensi logis dari pergeseran kebijakan manajemen, yaitu pergeseran dari Manajemen Berbasis Pusat menuju Manajemen Berbasis Sekolah (dalam kerangka otonomi daerah). Untuk lebih jelasnya, lihat Gambar 2 "Pergeseran Kebijakan dari Manajemen Berbasis Pusat menuju Manajemen Berbasis Sekolah" (Slamet PH, 2000).
9. Kepala sekolah memusatkan perhatian pada pengelolaan proses belajar mengajar sebagai kegiatan utamanya, dan memandang kegiatan-kegiatan lain sebagai penunjang/pendukung proses belajar mengajar. Karena itu, pengelolaan proses belajar mengajar dianggap memiliki tingkat kepentingan tertinggi dan kegiatan-kegiatan lainnya dianggap memiliki tingkat kepentingan lebih rendah.

10. Kepala sekolah mampu dan sanggup memberdayakan sekolahnya (Slamet PH, 2000), terutama sumberdaya manusianya melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumberdaya.

D. Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksankan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo (2002:97) adalah:
a) Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain.
• Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Kepala sekola bertindak dan bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf, dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah
• Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.
• Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.
• Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.
• Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2) terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.
• Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang dipimpinnya.
• Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan dn kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengatahui perannya. Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah: (a)Peranan hubungan antar perseorangan; (b) Peranan informasional; (c) Sebagai pengambil keputusan.

Dari tiga peranan kepala sekolah sebagai manajer tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Peranan hubungan antar perseorangan
 Figurehead, figurehead berarti lambang dengan pengertian sebagai kepala sekolah sebagai lambang sekolah.
 Kepemimpinan (Leadership). Kepala sekolah adalah pemimpin untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat melahirkan etos kerja dan peoduktivitas yang tinggi untuk mencapai tujuan.
 Penghubung (liasion). Kepala sekolah menjadi penghubung antara kepentingan kepala sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara antara guru, staf dan siswa.
b. Peranan informasional
• Sebagai monitor. Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan adanya informasi-informasi yang berpengaruh terhadap sekolah.
• Sebagai disseminator. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menyebarluaskan dan memabagi-bagi informasi kepada para guru, staf, dan orang tua murid.
• Spokesman. Kepala sekolah menyabarkan informasi kepada lingkungan di luar yang dianggap perlu.
c. Sebagai pengambil keputusan
• Enterpreneur. Kepala sekolah selalu berusaha memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program yang baru serta malakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan yang timbul di lingkungan sekolah.
• Orang yang memperhatikan ganguan (Disturbance handler). Kepala sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil.
• Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource Allocater). Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan dibagikan.
• A negotiator roles. Kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memnuhi kebutuhan sekolah.
Seperti halnya diungkapkan di muka, banyak faktor penghambat tercapainya kualitas keprofesionalan kepemimpinan kepala sekolah seperti proses pengangkatannya tidak trasnparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit , serta banyak faktor penghambat lainnya yang menghambat tumbuhnya kepala sekolah yang professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output)
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, adapun pemecahannya adalah:
1. Pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah
Wadah-wadah yang telah dikembangkan dalam pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah adalah musyawarah kepala sekolah (MKS) , kelompok kerja kepala sekolah (KKKS), pusat kegiatan kepala sekolah (PKKS). Disamping itu peningkatan dapat dilakukan melalui pendidikan, dengan program sarjana atau pasca sarjana bagi para kepala sekolah sesuai dengan bidang kehaliannya, sehingga tidak terlepas dari koridor disiplin ilmu masing-masing.

2. Revitalisasi MGMP dan MKKS di sekolah
Melalui MGMP dan MKKS dapat dipikirkan bagaimana menyiasati kurikulum yang padat dan mencari alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metoda dan variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan mengefektifkan MGMP dan MKKS semua kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh guru dan kepala sekolah dalam kegiatan pendidikan dapat dipecahkan, dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
3. Peningkatan disiplin
Dalam menumbuhkan kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pandidikan di sekolah diperlukan adanya peningkatan disiplin untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi kerja, serta menciptakan budaya kerja dan budaya disiplin para tenaga kependidikan dalam melakukan tugasnya di sekolah.
4. Pembentukan kelompok diskusi profesi
Kelompok diskusi profesi dapat dibentuk untuk mengatasi tenaga kependidikan yang kurang semangat dalam melakukan tugas-tugas kependidikan di sekolah yang melibatkan pengawas sekolah, komite sekolah atau orang lain yang ahli dalam memecahkan masalah yang dihadapi kepala sekolah dan tenaga kependidikan.
5. Peningkatan layanan perpustakaan dan penambahan koleksi
Salah satu sarana peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah tersedianya buku yang dapat menunjang kegiatan sekolah dalam mendorong visi menjadi aksi. Karena akan sangat sulit dapat mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme kepala sekolah jika tidak ditunjangkan oleh sumber belajar yang memadai.
Selain itu kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh yang berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan manajemen mutu terpadu (MMT) atau kalau dunia bisnis dikenal dengan nama total quality management (TQM). Yang merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus-menerus memperbaiki kualitas layanan. Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar “pelanggan” puas; yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reliability), mampu menajmin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), dan cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness)
E. Peranan Kepala Sekolah
Untuk mewujudkan visi dan misi pendidikan di tingkat satuan pendidikan perlu ditunjang oleh kemampuan kepala sekolah yang handal dalam menjalankan fungsi dan peranannya. Meskipun pengangkatan kepala sekolah dilakukan secara terencana dan sistematis, bahkan diangkat dari guru yang sudah berpengalaman atau mungkin sudah lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah, namun tidak otomatis membuat kepala sekolah profesional dalam melakukan tugasnya. Pada beberapa kasus ditunjukkan adanya kepala sekolah yang terpaku dengan urusan administratif yang sebenarnya bisa dilimpahkan kepada Tenaga Administrasi Sekolah (TAS).
Sejumlah pakar sepakat bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor, yang disingkat EMAS. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, inovator dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian, dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah minimal harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator, disingkat EMASLIM.

a. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
b. Kepala sekolah sebagai manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, –seperti : MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya–, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
c. Kepala sekolah sebagai administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.

d. Kepala sekolah sebagai supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan–, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa “ menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik.
e. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru ? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Karena kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).
f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga kependidikan dan mengembangkan modelmodel pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari caranya melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel. Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini biasa dirangkaikan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dijaga oleh beberapa guru yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.
g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB). Dorongan dan penghargaan merupakan dua sumber motivasi yang efektif diterapkan oleh kepala sekolah. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun datang dari lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah keefektifan (effectiveness) kerja, bahkan motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah. Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus, yang berbeda satu sama lain, sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pimpinannya agar memanfaatkan waktu untuk meningkatkan profesionalismenya. Perbedaan tenaga kependidikan tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam kondisi psikisnya, misalnya motivasinya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, kepala sekolah perlu memperhatikan motivasi para tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang berpengaruh.
Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam peningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar anak didik dapat dideskripsikan sebagai berikut.
 Mengikutsertakan para guru dalam penataran atau pelatihan untuk menambah wawasannya; memberikan kesempatan kepada guru- guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
 Berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik agar giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.
 Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang ditentukan.

Selanjutnya untuk menjadi seorang kepala sekolah tidaklah mudah karena perlu memenuhi klasifikasi persyaratan formal kepala sekolah, yaitu bersifat administratif yang meliputi: (1) usia minimal dan maksimal, (2) pangkat, (3) masa kerja, (4) pengalaman dan (5) berkedudukan sebagai tenaga fungsional guru Bersifat akademis, yaitu latar belakang pendidikan formal dan pelatihan terakhir yang dimiliki oleh calon. Kepribadian: bebas dari perbuatan tercela dan loyal kepada Pancasila dan pemerintah. Setelah hal itu terwujud kepala sekolah hendaknya menjadi pencipta iklim kerja yang baik karena budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003).



BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan

Dari apa yang telah ditulis dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan life skill sangat menunjang pendidikan karena pendidikan ini dapat langsung diterapkan serta di aplikasikan secara nyata sehingga manfaatnya lebih bermakna, dibandingkan hanya sekedar tiori saja. Hal ini juga harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dunia pendidikan, sehingga menuntut penguasaan kepala sekolah secara professional. Untuk itu kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melasnakan pengembangan pendidikan secara terarah dan berkesinambungan. Karena dalam peningkatan profesionalisme kepala sekolah perlu dilaksankan secara berkeinambungan dan terncana dengan melihat permaslahan-permasalahan dan keterbatasan yang ada. Sebab kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang juga bertanggung jawab dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya. Kepala sekolah yang professional akan mengetahui kabutuhan dunia pendidikan, dengan begitu kepala sekolah akan melakukan penyesuian-penyesuian agar pendidikan berkembang dan maju sesuai dengan kebutuhan pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Saran

Dalam upaya peningkatan keprofesionalan kepala sekolah harus ada motivasi dan adanya kesadaran dalam diri kepala sekolah tersebut serta semangat mengabdi yang akan melahirkan visi kelembagaan maupun kemampuan konsepsional yang jelas. Dan ini merupakan faktor yang paling penting sebab tanapa adanya kesadaran dan motivasi semangat mengabdi inilah semua usaha yang dilakukan untuk meningkatkan keprofesionalannya hasilnya tidak akan maksimal dan perealisasiannyapun tidak akan optimal.



DAFTAR PUSTAKA

http://pakguruonline.pendidikan.net/life_skill_1.html

http://pakguruonline.pendidikan.net/life_skill_2.html
http://www.psb-psma.org/content/blog/peran-kepala-sekolah-dalam-meningkatkan-kompetensi-guru
http://lpmpjogja.diknas.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=232&Itemid=70
http://smpn29samarinda.wordpress.com/2009/03/05/reaktualisasi-fungsi-dan-peranan-kepala-sekolah/





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan Makalah 2
C. Manfaat Penulisan Makalah 2

II. BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Life Skill 3
B. Pendidikan Kecakapan untuk Hidup 5
C. Peran Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kompetensi Guru 8
D. Profesionalisme Kepemimpinan
Kepala Sekolah 12
E. Peranan Kepala Sekolah 17

III. BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 23
B. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA