MAHA KARYA HARDIKNAS 2009

MAHA KARYA HARDIKNAS 2009
pembagian hadiah LCT se Kota Metro

Kamis, 27 Januari 2011

sastra lisan lampung

SASTRA LISAN LAMPUNG
(Tugas Kelompok)

Dosen Pembimbing : Dra. Yulina H.
Mata Kuliah : Pendidikan Bahasa Daerah Lampung


Oleh:
Nama NPM
1. Dona Irawan
2. Aslina 06130053020
06130053011
Semester/Kelas: VI/A
Kelompok V






PROGRAM STUDI S-1 PGSD
UPP METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Yang Maha Mulia atas segala pemberian, rahmat, dan bimbingan-Nya. Sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan resume ini, hanya kepada-Nya lah penulis berharap.

Penulisan resume yang berjudul ” Sastra Lisan Bahasa Lampung” ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucap terima kasih kepada:
1. Dra. Hj. Yulina H. selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Daerah Lampung.
2. Teman-teman S-1 PGSD angkatan 2006, atas dukungan dan motivasi yang langsung-tidak langsung membantu penyusunan resume ini.
Penulis menyadari dalam penulisan resume ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan karya ilmiah yang akan datang. Atas saran dan kritik yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Semoga resume yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.



Metro, 15 Februari 2009
Tim Penyusun

SASTRA LISAN LAMPUNG


Sastra lisan adalah sastra yang hidup secara lisan, yang tersebar dalam bentuk tidak tertulis, disampaikan dengan bahasa lisan. Sastra lisan Lampung merupakan milik kolektif etnis Lampung dan bersifat anonim. Sastra itu banyak tersebar di masyarakat dan merupakan bagian yang sangat penting dari budaya etnis Lampung.
I. Jenis Sastra Lisan Lampung
Sastra lisan Lampung dapat dibedakan menjadi empat macam, yakni:
A. Persahabatan
B. Teka-teki
C. Mantra
D. Puisi
II. Fungsi Sastra Lisan Lampung
Setiap jenis sastra lisan Lampung memiliki fungsi yang berbeda. Akan tetapi secara umum, sastra lisan dalam kehidupan etnis Lampung memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Pengungkap alam pikiran, sikap, dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat Lampung.
2. Penyampian gagasan-gagasan yang mendukung pembangunan manusia seutuhnya.
3. Pemahaman untuk memahami, mencintai, dan membina kehidupan dengan baik.
4. Pemupuk persatuan dan saling pengertian antarsesama.
5. Penunjang pengembangan bahasa dan kebudayaan Lampung.
6. Penunjang perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
III. Cara Penyebaran Sastra Lisan Lampung
Pada zaman dahulu, umumnya, sastra lisan Lampung disebarkan dari mulut ke mulut pada suasana atau kegiatan berikut:
1. Pada saat bersantai.
2. Pada saat mengerjakan kerajinan tangan (tapis, menyulam dan menganyam).
3. Pada saat beramai-ramai bekerja di kebun atau sawah.
4. Pada saaat upacara penyambutan tamu adat.
5. Pada saat upacara jejuluk (gelar sebelum nikah, diberikan bersamaan dengan pememberian nama) atau adek (gelar adat, diberikan pada saaat upacara pernikahan).
6. Pada saat acara muda-mudi
7. Pada saat berlangsung acara cangget “tarian adat”
8. Ketika berlangsungnya acara pelepasan mempelai.
Pada saat ini, sastra lisan Lampung sudah mulai disebarkan melalui media massa,. Sebagaian besar sekolah jenjang pendidikan dasar yang ada di Propinsi Lampung telah mengajarkan bahasa dan sastra lisan Lampung untuk mengisi muatan lokal.
A Persahabatan
Yang dimaksud persahabatan dalam sastra lisan Lampung adalah cerita rakyat. Cerita rakyat adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan secara lisan. Peristiwayang diungkapkan pun adalah peristiwa yang dianggap pernah terjadi pada masa lalu atau merupakan suatu kreasi semata yang di dorong oleh keinginan untuk menyampaikan pesan atau amanat tertentu, atau merupakan suatu upaya untuk memberi atau mendapat kan hiburan.
Masyarakat etnis Lampung mempunyai mempunyai banyak cerita yang berbentuk prosa. Cerita itu dapat digolongkan menjadi enam jenis, yaitu:
1. Epos
Epos adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Latin yang berarti “cerita kepahlawanan” atau wiracerita”. Epos mengungkapkan dan bertolak dari suatu realitas. Isinya menyangkut suatu peristiwa yang benar-benar terjadi atau diyakini sebagai suatu kebenaran yang pernah berlangsung pada masa silam.


2. Sage
Sage adalah cerita yang berdasarkan atas peristiwa sejarah yang telah bercampur dengan fantasi.
3. Fabel
Fabel adalah dongeng yang menggambarkan watak atau budi manusia. Para pelakucerita adalah binatang, dan isinya banyak mengandung pelajaran yang berguna bagi manusia.
4. Legenda
Legenda adalah cerita rakyat yang berkenaan dengan peristiwa sejarah.
5. Mite
Mite adalah dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap makhluk halus (dewa-dewi, peri, atau jin), binatang, atau tumbuh-tumbuhan.
6. Fiksi
Fiksi adalah cerita rekaan, cerita yang hanya berdasarkan atas khayalan atau pikiran pengarang, tidak berdasarkan atas kenyataan.
B Teka-teki
1. Pengertian
Teka-teki adalah soal yang dikemukakan secara samar-samar, biasanya untuk permainan atau mengasah pikiran. Dalam kehidupan etnis Lampung, teka-teki disebut dengan istilah seganing.
2. Fungsi
Teka-teki memiliki fungsi sebagai berikut:
a. media untuk meningkatkan apresiasi generasi muda terhadap kebudayaan daerah
b. media pengasah pikiran
c. pengisi waktu luang/bersantai
d. hiburan untuk menghilangkan kejenuhan
e. pengisi acara dalam pertemuan muda-mudi
f. media untuk menambah wawasan


3. Bentuk dan contoh teka-teki
Umumnya teka-teki berupa kalimat yang berisi informasi mengenai ciri-ciri jawaban atau petunjuk untuk menebak. Di samping itu, ada juga teka-teki berupa kalimat yang tersusun berirama seperti pantun.
Contohnya:
a. (O) : Ngemik enap layen punyeu, bepayung layen rajo. Nyokidah?
(I) : Bersisik bukan ikan, berpayung bukan raja. Apa itu?
Jawabannya: (O) nanas (I) nenas
b. (O) : Mengan sekalei, betteng betahhun-tahhun. Nyokidah?
(I) : Makan sekali, kenyang bertahun-tahun. Apa itu?
Jawabannya: (O) lunan (I) bantal
c. (O) : Jinnono agreng, munnei-kemunneian jadei andak. Nyokidah?
(I) : Semula hitam, lama-kelamaan menjadi putih. Apakah itu?
Jawaban: (O) buwek (I) rambut
d. (O) : Ulai matei pandai ngudut. Nyokidah?
(I) : Ular mati bisa merokok. Apakah itu?
Jawaban: (O) ubat nyinnyik (I) obat nyamuk
e. (O) : Induino dipusau-pusau, anakno diiyek-iyek. Nyokidah?
(I) : Ibunya dielus-elus, anaknya diinjak-injak. Apakah itu?
Jawaban: (O) ijan (I) tangga
C Mantra
1. Pengertian dan Fungsi Mantra
Mantra adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya gaib, seperti dapat menyembuhkan, dapat mendatangkan celaka, dan seterusnya. Dalam kehidupan etnis Lampung, mantra dikenal dengan istilah memmang. Nama memmang bermacam-macam: ada yang disebut dengan istilah asihan, jappei.
Mantra dapat digunakan untuk:
a. memperkuat mental dan rasa percaya diri
b. mengusir roh jahat, misalnya kesurupan, yang sering mengganggu kehidupan manusia
c. mengobati orang yang sakit
d. mengalahkan kekuatan alam sekitar, misalnya menjinakkan binatang buas
e. “menundukkan” hati seseorang.
2. Bentuk dan Kegunaan Mantra
Umumnya, mantra berbentuk frasa (kelompok kata) atau berbentuk kalimat. Frasa atau kalimat itu ada yang trsusun berirama seperti pantun. Contoh-contoh beserta kegunaan mantra dapat dilihat pada uraian berikut ini.
a. Mantra untuk menguji kesetiaan seseorang
Kain andak sulam setero. Ki temmen sayang di nyak, pusau pudak jamo dado. Artinya (Kain putih bersulam sutera. Jika benar sayang pada saya, usap muka dan dada)
b. Mantra pada saat mandi
Kutimbuk wai bungo, milei di kanan kirei. Nagrat segalo cello, nyak geggeh bidodarei. Artinya (Kusiram air bertabur bunga, mengalir di kanan kiri. Hilang segala cela, saya seperti bidadari.)
c. Mantra pada saat berpakaian
Bulung pandan di pinggir wai, gisok dibileng puyu. Cutik dandan kupakai, keterimo di tubuh. Artinya (Daun pandan di tepi sungai, sering didatangi burung puyuh. Sedikit perhiasan ku pakai, serasi dengan tubuh).
d. Mantra pada saat duduk di tengah orang ramai
Jeng kejakjeng, di lem seribeu sattep, nyak sayan sai mejjeng di lem mato atei umat Nabi Muhammad. Artinya (Duduk-duduk, di antara seribu yang duduk saya sendiri yang menjadi pusat perhatian umat Nabi Muhammad).
D Puisi
1. Pengertian dan Struktur Fisik Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara iamjinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batin.
Struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas, versifikasi ( rima, ritma, dan metrum), dan tipografi puisi. Struktur batin puisi terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Kedua struktur itu terjalin dan terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi penikmatnya. Dibandingkan dengan bentuk karya satra yang lain, bahasa puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih banyak memiliki kemungkinan makna.
2. Jenis Puisi
a. Paradinei
istilah paradinei ini dikenal di lingkunagn masyarakat Lampung beardialek O. Puisi ini digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat.
Pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat, sebelum rombongan tamu menginjakkan kakinya di kediaman tuan rumah, mereka, dihadang oleh pihak tuan rumah. Acara penghadangan ini dikenal dengan nama nebbak appeng yang bermakna menutup gapura. Dalam acara penghadangan ini digunakan sastra lisan jenis paradinei.
1) Bentuk dan Isi Paradinei
Sastra lisan ini terdiri atas sejumlah bait yang bersajak. Akan tetapi jumlah baris setiap bait tidak harus sama. Paradinei diucapkan oleh juru bicara masing-masing pihak, baik phak tamu maupun pihak tuan rumah. Di kiri kanan juru bicara terdapat dua orang laki-laki berpakaian adat yang dikenal dengan istilah uleubalang.
Upacara ini mencerminkan bahwa masyarakat Lampung dalam bertindak prlu mendengarkan keterangan dari pihak yang berpengaruh terhadap orang banyak (bersangkutan).
2) Fungsi Paradinei
Sastra ini memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: pertama, sebagai media tanya jawab pada saat berlangsungnya upacara penyambutan tamu. Kedua, sebagai media untuk melestarikan bahasa dan sastra Lampung. Ketiga, sebagai media untuk mendidik masyarakat lampung agar mau menghargai sastra daerah.
b. Pepaccogr
Pepaccogr adalah nasehat atau pesan-pesan yang disampaikan dalam bentuk puisi setelah acara pemberian gelar.
1) Bentuk dan Isi Pepaccogr
pepaccogr terdiri atas sejumlah bait dan setiap bait terdiri atas empat atau enam baris. Jumlah bait suatu pepaccogr tidak ada ketentuan yang mutlak. Jumlah bait itu bergantung pada sedikit atau banyaknya pesan yang disampaikan.
Jika dilihat dari sistem globalnya, pepaccogr dapat digolongkan ke dalam puisi tradisional berbentuk syair. Pepaccogr tidak mempunyai sampiran, semua baris dalam setiap bait mengandung isi. Pola sajak akhir (rima) pepaccogr tidak tetap, ada yang berpola ab/ab dan ada pula yang berpola abc/abc.
Pepaccogr berisi pesan-pesan atau nasihat-nasihat untuk yang diberi gelar. Secara umum, pesan-pesan atau nasihat-nasihat itu berkenaan dengan kehidupan berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan beragama.
2) Fungsi Pepaccogr
Pepaccogr memiliki fungsi sebagai berikut: pertama, sebagai media penyampaian pesan atau amanat untuk kedua mempelai dalam upacara pesta pernikahan. Kedua, sebagai media untuk melestarikan bahasa dan sastra Lampung.



c. Pattun/Adi-adi
Pattun/adi-adi merupakan salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi. Puisi jenis pattun/adi-adi dikalangan etnis Lampung lazim digunakan dalam acara-acara yang sifatnya untuk bersukaria, seperti dalam acara muda-mudi yang disebut dengan istilah jagodamar. Di samping itu, di lingkungan masyarakat Lampung Pepadun, pattun sering pula dihunakan untuk melengkapi acara cangget “tarian adat”.
1) Bentuk dan Isi Pattun/Adi-Adi
Pattun/adi-adi terdiri atas bait-bait yang bersajak. Masing-masing bait terdiri atas empat baris. Dalam bait-bait pattun/adi-adi ada yang merupakan bait pertama dan kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi. Akan tetapi ada pula bait yang tidak mempunyai sampiran, semua baris dalam satu bait merupakan isi. Isi pattun/adi-adi bermacam-macam. Secara umum, isinya berupa ungkapan perasaan, harapan, atau humor.
2) Fungsi Pattun/Adi-Adi
Pattun/adi-adi dalam kehidupan masyarakat Lampung memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a) sebagai media pengungkapan isi hati kepada seseorang
b) sebagai alat penghibur pada suasana bersantai
c) sebagai pelengkap acara cangget
d. Bebandung
Bebandung adalah salah satu jenis sastra lisan Lampung berbentuk puisi yang berisi petuah-petuah atau ajaran yang berkenaan denngan agama Islam. Bebandung lazim digunakan untuk melengkapi acara cangget, dalam pertemua-pertemua resmi lainnya, meninabobokkan anak, atau untuk didengar sendiri sebagai pengisi waktu luang (bersantai). Pengungkapannya dengan cara didendangkan.


1) Bentuk dan Isi Bebandung
Bebandung terdiri atas sejumlah bait yang masing-masing bait memiliki sajak. Pola sajaknya tidak tetap, pola sajak bait yang satu tidak harus sama dengan pola sajak beris berikutnya. Hubungan antarbait dalam sebuah bebandung ada yang menunjukkan hubungan berkait, yakni baris terakhir suatu bait dijadikan baris pertama bait berikutnya dan ada pula yang tidak berkait.
Ditinjau dari sudut isinya, bebandung dapat digolongkan ke dalam puisi tradisional berbentuk syair dan menurut pola persajakkannya, bebandung dapat disamakan dengan pantun.
2) Fungsi Bebandung
Bebandung memiliki beberapa fungsi sebagai berikut; pertama, sebagai religius. Kedua, sebagai media untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian Lampung. Ketiga, sebagai media untuk menyaring kebudayaan asing, yang sudah menggerogoti budaya tradisional.
e. Ringget
Ringget adalah salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi, yang lazim digunakkan sebagai (1) pengantar acara adat, (2) pelengkap acacra pelepasan pengantin wanita ke tempat pengantin pria, (3) pelengkap acara cangget, (4) pelengkap acara muda-mudi, (5) senandung pada saat meninabobokkan anak, dan (6) pengisi waktu bersantai.
1) Bentuk dan Isi Ringget
Ringget terdiri atas bait-bait yang bersajak. Akan tetapi, pola sajak akhir setiap bait tidak harus sama. Demikian pula jumlah baris pada setiap bait tidak selalu sama.
Ringget tidak bersampiran, semua baris mengandung isi.isinya bermacam-macam, ada yang berisi cerita dan ada pula yang berisi nasihat (bersifat didaktis). Sedikit atau banyaknya bait bergantung pada sedikit atau banyaknya sesuatu yang dikemukakan.
2) Fungsi Ringget
Ringget memiliki fungsi sebagai media untuk (1) menyampaikan nasihat kepada masyarakat, (2) menghibur, baik hiburan untuk orang lain maupun hiburan untuk diri sendiri, (3) menyampaikan cerita, dan (4) meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar